Mei 14, 2013

Aku & Senja

Aku terpaku di depan layar
Senja Mulai Menyapa

Aku beradu di atas keyboard
Senja tersenyum dari celah kaca

Aku menghela nafas panjang
Senja tertawa di belakangku

Aku melangkah pergi
Senja telah lebih dulu beranjak

Kisahku dan senja selalu beradu

Saat S.T. selangkah lagi...

Detik jarum terus berdetak tak henti
Degup jantung tak mau kalah
Meja dan kursi berbaris rapi
Kertas dan makanan pun apik di atas taplak

Senyum tanggung selalu terpajang
Bulir keringat di antara dinginnya pagi
Tingkah kaku di antara kotak 

Tiga puluh menit berlalu

Degup jantung mulai bersahabat
bulir keringat mengering
Wajah memerah
Senyum tulus tersungging
Kebahagiaan tak terbahasakan

S.T. telah ku tangkup 

Nb: Special untuk Penghuni Studio Akhir periode 2013

Mei 04, 2013

Potongan Klise Yang Hampir Terlupa





04 Mei 2013

Waktu menunjukkan pukul 03.30 WITA, aku terbangun dari mimpi yang ku anggap cukup aneh. Tapi aku sebenarnya lupa mimpi apa yang baru saja ku alami. Aku memutuskan untuk kembali lelap di pulau kapuk.

Waktu menunjukkan pukul 05.15 WITA, alarm hp ku kembali berbunyi menandakan waktunya untuk bangun pagi, dan seperti kebiasaan yang sudah-sudah aku selalu menekan layar tanda ‘tunda 10 menit’, tetapi belum sampai 10 menit sang hp mulai berbunyi kembali. Tanganku pun dengan otomatis kembali menekan seperti sebelumnya, tetapi kali ini nada dering hpku tetap tak mau berhenti. Dengan setengah jengkel aku pun bangun dan melihat layar hpku baik-baik dan ternyata sebuah panggilan dari no. tak dikenal. Aku pun mengangkatnya dengan penuh tanya.

05.23 WITA
“Farish….Bangun…. Selamat Ulang Tahun Zista” Teriak suara dari seberang telepon
“Ko su bangun to?? Apa ko bikin?.....xxxxxxxx” Suara itu masih terus berbicara tanpa putus.
Sementara otakku yang masih setengah sadar mulai melihat ke sekeliling kamar untuk mencari kalender, dan mulai berpikir kembali ‘emangnya hari ini ulang tahunku?’ setelah beberapa detik berlalu otakku mulai bekerja dan mengingat bahwa hari ini memang ulang tahunku. Dan tahun ini aku benar-benar tidak mengingatnya sama sekali karena memang kesibukanku yang padat dengan studio akhir membuatku lupa segala hal dan mengabaikan banyak hal mulai dari makan, istirahat, teman, keluarga, bahkan ulang tahunku sendiri.

Aku pun langsung mengucapkan terima kasih kepada temanku yang cerewet ini, dan untuk yang satu ini aku tak perlu berpikir dua kali suara siapa yang ada di seberang sana, karena sekali pun dia menyamarkan suaranya sejelek apapun atau dia menelpon saat mataku masa tertutup aku sangat tahu dan mengenal suara itu. Dia adalah sahabatku: Ester Femy.

Seperti sebuah ritual, hampir setiap tahun sejak melanjutkan sekolah di kota ini. Gadis tomboy itu  selalu menjadi yang pertama memberikan ucapan selamat dan juga mengingatkanku akan ulang tahunku.

Obrolan kami berdua tak lebih dari lima menit via hp tapi sempurna membuka kembali semua memory kebersamaan selama masa sekolah dulu. Sebuah persahabatan yang tulus, persahabatan atas dasar rasa kekeluargaan, bahkan hingga saat kita tak berpijak di atas tanah rantau yang sama. Persahabatan yang entah bagaimana kentalnya, membuatku selalu ingin berada pada masa itu.

Waktu menunjukkan pukul 07.30 WITA hari sabtu, seperti biasanya weekend kali ini adalah hari kerjaku dan aku pun kembali melakukan rutinitas bekerja. Sambil iseng-iseng di perjalanan aku membuka FBku, mungkin orang lain akan berpikir aku melakukannya karena akan banyak ucapan selamat ulang tahun yang masuk di FBku. Tapi jika itu pikiran anda sekalian maka anda salah besar, karena sudah cukup lama saya memikirkan hal ini terkait ‘notification ulang tahun’ di FB itu tidak lebih dari sebuah basa-basi dan tata krama dunia maya untuk mengucapkan selamat. Karena itu aku sengaja tidak menampilkan ulang tahunku dan membiarkannya menjadi kesakralan dan tolak ukurku sendiri dalam menilai orang lain. Bagiku hanya orang-orang yang benar-benar special yang mau untuk terus mengingat ulang tahunku, dan orang-orang special itu sudah pasti memiliki tempat special juga.

Dalam perjalanan ke kantor, aku pun berpikir selama ini aku mempunyai banyak teman. Tapi mereka hanya sekedar teman dalam hal akademis. Itu saja, TITIK. Mereka tak pernah tahu bagaimana sikapku diluar hal-hal akademis, dan juga aku tak tak berharap mereka mau tahu. Kadang aku berpikir tembok sebesar apa yang sudah ku bangun untuk mempertegas dan memperjelas keberadaanku di kota ini. Tapi semakin aku berpikir, aku hanya mendapatkan satu kata ‘ambisius’.

Menjelang sore hari beberapa sms dan telepon masuk ke hp mengucapkan selamat dan semua pengirim dan penelponnya adalah orang-orang yang berada pada lingkaran ‘persahabatan’ku waktu SMA dulu. Mereka mengucapkan selamat, menanyakan kabarku, bahkan menggodaku dengan cerita-cerita lama. Aku sangat terharu dengan sikap mereka semua (Mas Dadang, Pak Dhe Candra, Irfan Curut, dan Dhani). Bahkan setelah empat tahun tak bertemu muka dengan mereka, mereka selalu ingat tanggal ulangtahunku setiap tahun, mereka selalu menyempatkan menelpon. Aku merasa menjadi orang paling beruntung karena dipertemukan dengan mereka saat sekolah dulu. Kekonyolan, kegilaan, sok bijak, sok dewasa dan semua sikap aneh mereka miliki tapi justru itu yang embuat persahabatan kami lengkap.

Seiring waktu yang merangkak senja saat pulang kantor, aku kembali berpikir dan merasa lucu sendiri dengan apa yang ku jalani selama ini, rutinitas tanpa komitmen, persahabatan tanpa ikatan. Semua berjalan atas dasar tanggungjawab. Bahkan bisa dibilang orang yang paling dekat denganku pun mungkin tak pernah tahu tanggal lahirku, mereka cukup tahu Farish pintar, bisa diandalkan, mahasiswa dengan IPK 3,8 dan sebentar lagi menjadi sarjana teknik. Just It! Taka da yang lain. Haha…aku kembali tertawa dengan semua pikiranku.

Jujur ku akui, aku berharap hari ini minimal ada satu orang saja yang mengucapkan selamat kepadaku diantara teman-temanku yang ada di kota ini tanpa perlu diberitahukan atau diingatkan oleh FB. Minimal dengan begitu aku bisa yakin untuk meretakkan tembok yang terbangun karena semua ambisi ini.
Waktu menunjukkan pukul 23.11 WITA, Apa yang kuharapkan tinggal menjadi harapan kosong. Aku kembali berpikir dan sadar bahwa seperti inilah jalan hidupku. Aku ditakdirkan untuk menjadi seorang yang ambisius dengan semua rencana hidupku. Tuhan hanya sekali memberikanku sahabat-sahabat terbaik dan aku harus tahu diri.

04 Mei 2013, waktu menunjukkan pukul 23.55 WITA
Sejauh ini aku berjalan, dan ternyata tak bisa aku temukan pengganti ‘mereka’(sahabat-sahabatku) potongan klise yang akan terus membentuk seulas senyum kapanpun dan dimanapun.

Untuk sahabat terbaikku: Om Ester, Tante Milka, Mas Dadang, Pak Dhe Candra, Abang Putra, Irfan Cakep, n Goro Pato.