Oktober 10, 2013

AL-BIRUNI


Selama ini ketika kita berbicara terkait masalah kebumian, geografi, serta berbagai teknologi terkait ilmu kartografi (untuk anak-anak planologi bukan hal baru) maka condong kita melihat bahwa semua itu adalah hasil kerja keras dunia barat mulai dari penemuan hingga pengembangannya. Apalagi selama ini yang ditanamkan dikurikulum sejak SD dulu yaitu Copernipus dan Galileo Galilei menjadi pesohor ilmu ini. Ternyata tidak seperti itu sobat, justru pertama kali ilmu tentang kartografi ini dicetuskan oleh seorang ilmuwan Islam yang kedudukannya sebagai seorang tahanan.
Silahkan baca dulu ulasan singkat tentang sepak terjang ilmuwan satu ini.

AL-BIRUNI
Peletak Dasar Sains Modern
(Bapak Kartografi yang sebenarnya)

Pernah seseorang bijak bertanya menagapa seorang cendekiawan selalu datang berbondong-bondong mendatangi pintu orang-orangkaya, sementara orang-orang kaya enggan mengetuk pintu para cendekiawan. “para cendekiawan,” jawabnya sangat memahami menfaat uang, tetapi orang-orang kaya tidak mengetahui keutamaan imu pengetahuan.
Abu Ar-Rayhan Muhamad ibn Ahmad Al-Biruni adalah seorang ilmuwan serba bisa yang memiliki keahlian setara dalam fisika, metafisika, matematika, geografi, dan sejarah. Lahir di Kota Khat dekat “Ural” pada15 September 973, Al-Biruni hidup semasa dengan ahli fisika terkanal Ibn Sina. Sejak usia dini, dia berguru kepada Abu Nasr Mansur, seorang ahli astronomi dan matematika terkenal. Pada usia 17 tahun, dia mulai menggeluti sains dengan serius. Dia menghitung garis lintang kota tempat tinggal ndengan mengamati ketinggian maksimum matahari. Ketika berusia 22 tahun, dia menulis sejumlah karya pendek. Salah satunya yang masih bertahan hingga kini adalah Cartography, penelitian tentang perpetaan. Al-Biruni mengkaji pelbagai macam peta yang ada pada saat itu dan menuliskan hasil studinya. Selain itu dia membuat peta belahan bumi versinya sendiri.
Kecerdasan Al-Biruni menjadi buah bibir ketika Sultan Mahmood Ghaznawi, salah satu raja Muslim abad ke-11, menaklukan negerinya, dia membawa Al-Biruni bersamanya.
Hubungan antara Mahmood dan Al-Birun ini cukup aneh. Bisa dikatakan bahwa sebetulnya Al-Biruni adalah tawanan Mahmood dan tidak diperbolehkan pergi sesukanya. Tetapi perjalanan militer Mahmood ke India selalu menyertakan Al-Biruni dan Al-Biruni sangat menikmatinya. Al Biruni mungkin mengharapkan perlakuan yang lebih baik dari Sultan, tetapi penelitian-penelitian ilmiahnya jelas mendapat dukungan. Dia telah mengunjungi seluruh pelosok India dalam kurun waktu 20 tahun dan berkesmpatan mempelajari filosofi, matematika, geografi dan agama hindu dari seorang Pandita yang sebagai imbalannya dia ajari ilmu pengetahuan dan filosofi Yunani dan Arab.
Sekembalinya dari India, Al Biruni menulis bukunya yang terkenal, Qanun-I Masoodi (Al-Qanun Al-Masudi, fi Al-Hai’a wa Al-Nujum) yang dipersembahkan bagi Sultan Masood (putra Sultan Mahmood). Buku itu membahas beberapa teorema astronomi, trigonometri, pergerakan matahari, bulan dan planet-planet serta topik-topik terkait.
Dalam bukunya berjudul Al-Athar Al-Baqia, Al Biruni berusaha menghubungkan sejarah kuno bangsa-bangsa secara geografis. Dalam buku ini, dia membahas rotasi bumi dan mengukur garis bujur dan lintang pelbagai tempat dengan tepat.
Berabad-abad sebelum ilmuwan lain, Al-Biruni sudah mempertanyakan apakah bumi berputar pada sumbunya atau tidak. Dia menjadi orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan berkaitan dengan fenomenas astronomis itu. Dia mengembangkan metode triseksi segitiga dan persoalan-persoalan lain yang tidak dapat dipecahkan dengan penggaris dan kompas saja.
Al-Biruni wafat pada tahun 1048, pada usia 75 tahun setelah menghabiskan 40 tahun masa hidupnya untuk mengumpulkan ilmu dan memberikan sumbangannya sendiri pada ilmu pengetahuan. Dia dianggap sebagai salah satu ilmuwan besar dunia islam, sepanjang waktunya. Semangatnya, kecintaannya akan kebenaran dan pendekatan ilmiahny,digabungkan dengan rasa toleransi yang besar. Antusiasmenya terhadap ilmu pengetahuan bisa dinilai dari pernyataannya: 
Allah itu Mahatahu, Dia tidak membenarkan kebodohan.

From: Memahat Kata Memugar Dunia
Posting by: Farish Al Farishy