Januari 09, 2012


IBNU SINA
(Perintis Dunia Kedokteran)
Kecanggihan dunia medis saat ini tak bisa lepas dari peran Sina (980-1037). Intelektual muslim yang dibarat ini dikenal dengan nama Avicenna ini sangat tekun dalam mengembangkan bidang ini pada abad ke-10 M. sumbangsih besar Sina terbukti melalui karyanya, Qanun fi Al-Tibb atau The Canon of Medicine. Berkat pendekatan yang sistematis, kesempurnaan penyampaian dan isinya yang sarat nilai, buku ini bertahan selama enam abad sebagai buku standar kedokteran di pelbagai belahan dunia, terutama Eropa. Tak berlebihan jika Dr. William Osler, penulis The Evolution of Modern Science, menjuluki bukunya sebagai “Kitab Suci Ilmu Kedokteran”.
 Abu Ali Al-Husain ibn Abdallah ibn Sina lahir di Afshana, dekat Bukhara yang kini termasuk wilayah Uzbekistan. Ayahnya adalah seorang gubernur yang meskipun sibuk masih tetap terjun langsung mendidik putranya. Sina juga kerap kali menimba ilmu dari para cendekiawan yang datang kerumahnya. Rumahnya memang dijadikan tempat belajar diwilayah itu.
Jerih payah sang ayah membuahkan hasil. Sina telah menunjukkan kemandirian, kecerdasan dan ingatan luar biasa sejak kecil. Pada usia 10 tahun ia sudah hafal Al-Quran dan banyak syair arab klasik. Dia juga mempelajari logika, metafisika, filsafat, dan ilmu alam. Pada usia 14 tahun dia sudah melebihi kemampuan guru-gurunya.
Sina kemudian mengalihkan perhatiannya pada dunia kedokteran pada usia 17 tahun dan mendapati bahwa bidang itu “tidak sulit”. Yang sedikit merepotkan adalah mempelajari metafisika Aristotoeles, hanya dengan bantuan catatan Al-Farabi, dia berhasil memahaminya.
Kepopulerannya sebagai dokter dimulai saat ini berhasil menyembuhkan Nuh ibn Mansur, penguasa Sarmakand. Padahal, para tabib termasyhur kala itu sudah angkat tangan. Sebagai tanda terima kasih, sang penguasa menganugerahinya penghargaan. Namun Sina yang kala itu berusia 18 tahun hanya berharap diizinkan menggunakan perpustakaan kerajaan yang menyimpan berbagai koleksi langka dan unik. Diberkahi dengan kemampuan luar biasa dalam menyerap dan mengingat pengetahuan, cendekiawan ini melahap isi perpustakaan dan pada usia 21 tahun menulis karya pertamanya.
Selang beberapa tahun, Sina ditinggalkan ayahnya. Kematian sang ayah memaksanya bekerja dibidang administrasi untuk menunjang kehidupannya. Pertimbangannya segera mendapatkan penghargaan. Selain berkonsultasi dalam maslah kesehatan, sang penguasa meminta pendapatnya dalam hal politik. Sina menjabat sebagai Menteri beberapa kali, saran-sarannya selalu didengarkan dan dihargai; tetapi orang-orang mulai merasa iri padanya, dan dia terkadang ditekan oleh musuh-musuhnya, dan terkadang dibujuk untuk menyeberang ke pihak lawan. Dia sempat melarikan diri dan bersembunyi dalam beberapa kesempatan, dan mendapatkan nafkah hanya dari memberikan konsultasi medis.
Sina kemudian pindah ke Rayy, dekat Teheran yang sekarang dan membuka praktik pengobatan. Ketika Rayy ditaklukan, Sina mengungsi ke Hamadan, dan disana dia menyembuhkan Pangeran Shamsu-Dawala yang menderita sakit perut. Sina lalu diangkat sebagai Perdana Menteri. Sebuah pemberontakan yang dilakukan beberapa prajurit terhadapnya membuat dia dipecat dan dipenjara, tetapi ketika itu Sang Pangeran yang kembali terserang sakit memanggilnya kembali, meminta maaf kepadanya dan memulihkan jabatannya.
Kehidupannya saat itu sangat melelahkan; pada siang hari dia sibuk bekerja untuk Sang Pangeran dan sebagian besar waktu malamnya digunakannya untuk mengajar dan menulis catatan untuk buku-bukunya.  Salah satu adalah karya pentingnya,  The Canon of Medicine. Buku ini memuat lebih dari sejuta kata dan dibagi dalam beberapa bagian seperti: prinsip umum, daftar obat-obatan yang disusun alfabetis dan penyakit-penyakit yang menyerang organ tubuh mulai dari kepala hingga kaki. Buku ini juga menguraikan penyebaran TBC, peran air dan tanah dalam mendistibusikan penyakit, keterkaitan antara psikologi dan kesehatan, pengaruh iklim dan lingkungan terhadap kesehatan, serta penggunaan anastesi oral untuk kepentingan bedah.
Selain itu, tercantum pula penemuan-penemuan Sina yang masih diterapkan hingga sekarang. Sina adalah ahli medis pertama yang menjelaskan bagian-bagian mata secara terperinci, seperti kornea, ris, retina, dan saraf optic. Sebagai sebuah materia medical yang dinilai paling autentik, Qanun menyebutkan sekitar 760 obat-obatan disertai cara penjelasan penggunaan dan keampuhannya. Pada bagian ini, Sina merekomendasikan pengujian obat baru pada hewan dan manusia sebelum disebarluaskan.
Qanun diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerard dan Cremona pada abad ke-12. Sedangkan versi Inggrisnya diterbitkan pada tahun 1930 dengan judul : A treatise on The Canons of Medicine of Avicenna.
Karya lainnya adalah kita Al-Shifa (sanatio dalam bahasa latin), sebuah ensiklopedia filsafat yang didasari pemikiran Aristoteles. Disini Sina membagi pengetahuan menjadi dua: pengetahuan teoritis yang mencakup menjadi dua: pengetahuan teoritis yang mencakup fisika, matematika, metafisika, dan pengetahuan praktis yang terdiri dari etika, ekonomi, dan politik.
Setelah kematian Pangeran Shamsud-Dawala, Ibn Sina melarikan diri ke Isfahan setelah beberapa kali bersinggungan dengan hukum, termasuk masa penjara yang harus dijalaninya. Dia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya bekerja untuk penguasa kota, Ala Al-Daula, sebagai penasehat dalam bidang keilmuan dan kampanye militer.
Teman-temannya menasehatinya untuk sedikit bersantai, tetapi itu bukan sifatnya. Jadi dia menolak nasihat mereka.
“Aku lebih suka hidup pendek dengan keleluasan dari pada hidup panjang dengan kesempitan.”
 Al-Qifty menyatakan bahwa Ibn Sina menyelesaikan 21 karya utama dan 24 karya sampingan dalam bidang filsafat, kedokteran, teologi, geometri, astronomi, dan sebagainya. Sumber lain (Brocklemann) menyebutkan karya Sina sebanyak 99 buku yang terdiri atas 16 buku dlam buku Kedokteran, 68 dalam teolohgi dan metafisika, 11 dalam astronomi, dan 4 buah kumpulan puisi. Kebanyakan karyanya berbahasa Arab; tetapi bahasa Persia yang menjadi bahasa ibuny, dia menulis manual tebal mengenai ilmu filsafat berjudul Danish-naama-i-Alai  dan sebuah risalah pendek mengenai denyut jantung.
 Dalam fisika, Sina mengungkapkan penelitian pening berkenaan dengan cahaya. Dia menerangkan jika cahaya dikaitkan dengan emisi dari beberapa partikel berkilau, maka kecepatan cahaya pasti terbatas. Sina juga menjelaskan mengenai hubungan timbal balik antara waktu dan gerakan, dan membuat penelitian tentang gravitasi serta penggunaan thermometer udara. Bahkan Sina juga memberikan kontribusi dalam dunia musik. Menurut Sina, musikadalah bagian dari matematika. Dia menemukan jika konsonan diwakili dengan  (n+1)/n maka telinga tidak bisa membedakan konsonan saat n=45. Tak diragukan lagi Sina memberikan sumbangan besar bai peradaban manusia. Untuk mengenang jasanya, museum di Bakhara menampilkan berbagai karya tulis dan lukisan peralatan bedah yang digunakan Sina. Patung Sina sebagai Doctor of Doctor juga berdiri di halaman museum ini. Selain itu, di Fakultas Kedokteran,Universitas Paris, Foto Sina menghiasi aulanya.


From: Memahat Kata Memugar Dunia
Posting by: Farish Al Farishy

Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang tercecer yang saya temukan, karya salah seorang siswa SMA Negeri 1 Jayapura yang cukup berprestasi (enggan di publish namanya tetapi tak keberatan jika tulisannya di publish). Tulisan ini dibuat sekitar empat tahun yang lalu.

SMANSA JAYAPURA
TETAP UNGGUL DAN NOMOR SATU

Motto ‘Aku Unggul dan Nomor satu’ yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Jayapura saat ini seakan tenggelam dan hanya sebuah angan-angan belaka dalam beberapa tahun belakangan ini khususnya di mata masyarakat awam. Apalagi setelah terjadi skandal video mesum, membuat citra SMA terpopuler se_papua ini, semakin tercoreng.
Namun jika ditelusuri lebih dalam, terutama pihak internal dan fakta yang terjadi disekolah ini, sebenarnya motto SMANSA JPR sangatlah tepat dan benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai sekolah terunggul se_papua. 
      Hal ini dapat dilihat dari prestasi akademik maupun non akademik para siswa dan tenaga pengajar SMA Negeri 1 Jayapura. Dibandingkan dengan beberapa sekolah yang mengatakan diri mereka sebagai ‘sekolah berprestasi se-papua’ ataupun ‘skala internasional’, bahkan mendapatkan perlakuan khusus dari PEMDA setempat, akan tetapi sekolah tersebut hanya bisa mencapai prestasi akademik tanpa non akademik, prestasi akademik itupun masih diragukan akan kebenarannya. Bukankah makna ‘unggul dan berprestasi’ itu mencakup segala hal baik akademik maupun non akademik???


Prestasi akademik SMA Negeri 1 ini sekalipun jarang menyabet juara 1, tetapi mampu membuat SMA lainnya menjadi minder dan ciut nyalinya setiap kali kehadiran SMA 1 JPR dalam berbagai kompetisi seperti kompetisi akademik MIPA dan kompetisi olahraga.
Selain itu juga prestasi non akademik SMA 1 JPR pun patut diacungkan jempol terutama dalam bidang Basket dan Voli, tidak jarang SMA 1 mengikuti kompetisi Basket ataupun Voli mewakili provinsi Papua.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pihak internal SMA 1 JPR, bahwa tidak jarang setap kali diadakan lomba, kompetisi, ataupun olympiade tingkat kota, SMA 1 JPR ‘selalu mendapatkan informasi paling terakhir’ tepatnya satu atau dua hari sebelum hari pelaksanaan kompetisi tersebut dibandingkan dengan sekolah lain yang telah diberitahukan informasi jauh-jauh hari (sebulan) sebelumnya. Hal ini umumnya terjadi pada kompetisi akademik.  Meskipun begitu bukan berarti SMA satu ini lalu patah arang, justru sebaliknya dengan keadaan seperti itu SMA 1 JPR  semakin menunjukkan taringnya sebagai sekolah yang unggul dan tetap nomor 1 dengan menyabet juara, walaupun terkadang bukan juara pertama tapi hal itu membuktikan akan kesiapan SMA 1 JPR dalam segala hal. Bahkan kata seorang guru dalam sebuah kompetisi akademik “belajar semalam aja bisa dapat juara 2, gimana kalo belajar sebulan seperti sekolah lainnya???"
      Kemampuan SMA Negeri 1 Jayapura dalam bersaing di berbagai bidang kompetisi menunjukkan akan kualitas pengajar maupun siswanya. Hanya saja disayangkang bahwa hal-hal tersebut sangat jarang ter-publish, entah mengapa media lebih suka mem-publish hal-hal negative sehingga memberikan pandangan orang awam bahwa SMA Negeri 1 sebagai sekolah ‘Trouble maker’ tapi sebenarnya itu hanyalah sebagian kecil, selebihnya SMA Negeri 1 Jayapura tetap mampu untuk mempertahankan dan bertanggungjawab terhadap motto almamaternya AKU UNGGUL DAN TETAP NOMOR 1”

Sumber: Catatan Siswa SMA N 1 Jayapura Angk. 2006

Siapapun yang memiliki tulisan ini, pastilah sangat bangga dengan SMA N 1 Jayapura, semoga saja saat ini SMA ini tetap unggul sesuai dengan mottonya.
Specially for Alumni, Siswa, maupun Calon Siswa SMA Negeri 1 Jayapura

AKU UNGGUL DAN TETAP NOMOR 1