Maret 30, 2012

PERJUANGAN KAUM MUDA INDONESIA (30 MARET 2012))



30 Maret 2012, hari ini seakan menjadi hari eksekusi mati bagi kaum miskin di negeri kita ini. Bagaimana tidak isu kenaikan harga BBM yang telah dilemparkan oleh para pemimpin negeri kita sejak sebulan yang lalu ini, tinggal menunggu hitungan jam sebelum diputuskan. Keputusan yang tentu saja menjadi tiang pasungan bagi kehidupan setiap warga miskin dinegeri ini. Seakan tidak bosan-bosannya pemerintah dan wakil rakyat negeri ini untuk menyiksa rakyat kecil, atau apakah mereka telah menjadi psikopat yang sangat bahagia melihat penderitaan rakyat miskin?
Maybe YES. Maybe No.
Tapi hal ini tidak berlaku bagi para kaum muda kita, kaum muda Indonesia, Mahasiswa Indonesia. Kaum muda yang selalu berada pada garda terdepan dalam hal perubahan. Kaum yang selalu disangsikan kemampuan dan kapabilitasnya. Kaum yang selalu dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Tapi justru kaum inilah yang selalu mengatakan kata ‘TIDAK’ untuk semua keputusan yang tidak pro rakyat. Kaum inilah yang selalu, rela menghabiskan waktunya di bawah terik siang hanya untuk menyuarakan keinginan rakyat. Kaum inilah yang rela mempertaruhkan nyawanya demi sebuah perubahan.
Ya, hari ini 30 maret 2012. Seakan ingin mengulang sejarah mei 1998, para mahasiswa Indonesia ini dengan lantang meneriakan kepada pemerintah dan wakil rakyat yang terhormat untuk tidak MENAIKKAN HARGA BBM!!! Mereka dengan semangat ’45 rela meneriakkan aspirasinya ditengah terik mentari maupun derasnya hujan. Mereka maju atas nama rakyat Indonesia, mereka berusaha membuka mata para anggota dewan yang mungkin saat ini sudah tidak lagi mempunyai mata hati.
Makassar, Jakarta hingga Medan. Mereka bersatu. Para Kaum Muda Indonesia ini bersatu untuk mengembalikan hak rakyat, untuk menyelamatkan rakyat miskin dari pasungan kenaikan BBM. Mereka tak pernah meminta balas jasa. Mereka tak meminta bayaran. Mereka juga tak ingin dipuji. Mereka ikhlas melakukan semua itu.
Mengapa????
Jawabannya satu ’Karena Mereka Mempunyai Idealisme’.
Mereka ingin negara ini berjalan selayaknya sebuah negara demokrasi. Mereka ingin asas ‘dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat’ tidak hanya slogan kosong tapi sebenar-benarnya actuating. Mereka ingin yang terbaik bagi bumi pertiwi ini. Karena mereka adalah bagian dari RAKYAT.
Beribu hujatan dan cemohan justru datang dari masyarakat sendiri pada kaum muda ini. Umpatan kejengkelan tak segan-segan mampir di telinga mereka ketika berorasi. Tawa mengejek kalangan tua kerap kali terlihat dari para pengguna jalan. Pandangan sinis bahkan hingga pertanyaan ‘siapa sebenarnya yang kalian wakili?’ atau hujatan ‘kalian itu bukan membela rakyat tapi justru menyusahkan rakyat!’ Tapi mereka tetap bertahan, mereka tahu ada ‘sesuatu’ yang lebih urgen dibandingkan semua hujatan itu. Ya, mereka tetap bertahan. mereka bertahan hingga pada titik kritis. Titik paling kritis yang terjadi malam ini, bentrokan antara pihak aparat dan mahasiswa mengingatkan kita akan tragedy trisakti ’98, dimana mahasiswa yang hanya bermodal tangan kosong atau paling banter batu harus berhadapan dengan aparat yang bermodal tameng, tongkat pemukul, dan senjata api terulang kembali. Mahasiswa yang notabene hanya ingin menyampaikan aspirasi dan bertindak sebagai agent of control jalannya sidang paripurna di gedung DPR ternyata justru dianggap sebagai ancaman bagi aparat, lalu dimanakah transparansi itu?
Hujan air….hujan keringat….hujan batu….hingga hujan darah……mereka siap dengan semua konsekuensi itu. Mereka siap dengan segala hal yang terjadi demi satu hal ‘Hak Rakyat’. Mereka tidak akan mundur sejengkal pun dari tujuan mereka. Sekarang tinggal menunggu, apakah pemerintah dan wakil rakyat kita memang masing mempunyai telinga untuk mendengar?? Merekalah sang eksekutor kerja keras ini.

Teruntuk Kaum Muda-Mahasiswa Makassar-Jakarta-Medan, Kalianlah sebenar-benarnya pelopor perubahan.


 

Maret 28, 2012

Time










Manfaatkanlah Waktumu Sebaik mungkin!!!
Karena Waktu tak akan pernah berjalan mundur

SajaK-Q


Letih….
Terlalu jauh aku berjalan, berjalan menyusuri suatu ketidakpastian. Berjalan menjemput ketidakpastian. Berjalan dengan sikap angkuh dan menyisihkan kepastian. Perjalananku panjang, perjalananku berliku, perjalananku telah penuh dengan warna.
Tapi…..
Liku itu semu, warna itu maya. Aku tak pernah sadar hingga hari ini.
Aku hanya berjalan diatas imajinasiku sendiri
Aku menyusuri ketidakpastian yang telah kuskenariokan sendiri.
Bak panjang tembok cina, itulah perjalananku
Tapi aku sendiri
Terlalu lama aku sendiri membuat skenario ini dan melakonkannya sendiri
Saat ini aku berada pada titik jemu.
Jemu dan semu untuk memutuskan akhir dari scenario ini

Sepucuk Surat Terakhir


Dear Aish....

Aku sakit….sakit parah…
Mungkin sebentar lagi aku mati..
Ah…MATI….
Setiap kali aku menyebutkan kata ini, seakan-akan itulah sumber kebahagiaanku
Aku sakit…sebuah penyakit yang hampir pernah diidap oleh semua orang didunia ini…
Tapi padaku berbeda…penyakit ini menyerangku dengan keganasan 100 kali lebih besar dibandingkan orang lain dimuka bumi ini.
Jika ada yang bertanya, apa aku sudah berobat?
Maka aku menjawab “YA”…tiga tahun ini aku berusaha keras melawan rasa sakit ini…
Tiga tahun ini aku mencoba hidup seakan-akan aku seorang yang normal. Tiga tahun ini aku bertopeng kebahagiaan. Tapi tetap saja….Aku SAKIT…
Ternyata hidup dengan topeng kebahagiaan selama ini membuat aku justru semakin terperosok pada rasa sakit yang tak bisa dibahasakan.
MATI…
Entahlah apa karena aku masih punya hati, hingga enggan untuk menjemput kata itu…
Tapi bukannya ia sudah tak berfungsi lagi sejak tiga tahun yang lalu…
MATI…apa mungkin semua akan berakhir jika aku mejemputnya.
Ada sebuah ruang kecil, sangat kecil yang menolak mentah-mentah kata itu…
Tapi berapa lama lagi aku mampu bertahan???



Eksisting Pencemaran Limbah di Kelurahan Parangloe



Pernah mendengar Kelurahan Parangloe???              
Jika anda orang di luar Kota Makassar pasti tidak mengetahuinya, tapi jika anda orang asli Makassar pasti anda akan mengatakan bahwa Parangloe adalah tempat wisata yang berada di Kabupaten Gowa yang terkenal dengan keindahan air terjunnya. Jika seperti itu pikiran anda maka saya pastikan 100 % bahwa jawaban anda salah besar.
Sebagai perkenalan saja, Kelurahan Parangloe adalah salah satu kelurahan yang bertempat pada pinggiran kota Makassar tepatnya pada Kecamatan Tamalanrea dengan luas wilayah 67.045 dengan klasfikasi fungsi lahan pada daerah pabrik dan pergudangan. Meskipun memiliki fungsi kawasan utama pabrik dan pergudangan akan tetapi bukan berarti Kelurahan ini tidak memiliki warga penduduk, jumlah penduduk pada kelurahan ini hingga tahun 2009 sebanyak 7.954 jiwa (Sum: Data Kelurahan Parangloe)
Lalu apa sebenarnya hal yang istimewa dari kelurahan ini sehingga saya merasa perlu untuk mempublikasikannya di situs blog ini?
Sebenarnya tak ada keunggulan yang menonjol di miliki oleh kelurahan ini, justru sebaliknya masalahlah yang membuat nama kelurahan ini menonjol ke permukaan.
Pernah mendengar kasus pencemaran Pabrik Gula di Kota Makassar. Jika anda warga Makassar dan selalu update dengan berita Kota Daeng maka anda pasti pernah mendengar. Beberapa saat lalu sempat menjadi berita utama bahwa Sungai tallo, telah tercemar limbah pabrik dan salah satu pabrik yang menjadi diduga menjadi tersangka utama adalah pabrik gula terbesar di Kota Makassar yaitu PT. Makassar Te’ne.
Lokasi dari PT. Makassar Te’ne ini berada tepat di belakang Kelurahan Parangloe. Dan tahukah anda saudara-saudara bahwa sebelum mencemari Sungai tallo, jalur yang dilewati limbah pabrik ini adalah anak sungai dan tambak warga Kelurahan Parangloe. Berikut gambar lokasi Pabrik terhadap kelurahan parangloe;

Berikut gambar pencemaran yang terjadi pada Kelurahan Parangloe

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga sekitar, sebagian besar warga telah jenuh hingga merasa pencemaran yang terjadi sudah menjadi hal yang biasa. Pasalnya sejak awal pabrik ini berdiri telah menganggu aktifitas warga, mulai dari kebisingan mesin pabrik, limbah gas berupa bau yang menyengat hingga pada limbah cair yang dibuang pada anak sungai kelurahan parangloe. Sejak awal permasalahan ini muncul pun telah dilakukan upaya pendekatan antara kedua belah pihak (PT.Makassar Te’ne dan Masyarakat Kelurahan Parangloe) untuk mencari solusi. Tak hanya itu anggota DPRD Kota Makassar pun turut mengambil bagian dalam penyelesaian masalah pencemaran ini. (Tribun Timur, 11 Mei 2011)
Hingga kabar terkahir yang terdengar Dari pihak Makassar Tene sendiri menjelaskan, dari Info Makassar-Jumat (8/5) Perusahaan industri Bahan baku gula yang berada di kawasan Gudang dan Industri Parangloe sudah layak beroprasi sesuai aturan Pemerintah Daerah dan di lengkapi IPAL dan AMDAL. sesuai penjelasan Abuan Alim Pimpinan Perusahaan PT. Makassar Tene senin (04/05) dari Dinas lingkungan hidup beserta anggota DPRD Lurah dan LPM meninjau langsung ke lokasi industri PT.Makassar Tene. Perusahaan industri Makassar Tene sudah di lengkapi alat pengisap debu yang keluar dari cerobong asap. Menurut pengamatan Wartawan info makassar yang berkunjung ke perusahaan tersebut merasa senang atas pelayanan yang di berikan oleh Abuan Alim sebagai Direktur Utama PT. Makassar Tene . ( Reporter Uchenk / Syam)- (portal info makassar)
 Sayang seribu sayang, entah itu kabar benar atau tidak, satu hal yang pasti berdasarkan hasil wawancara pada bulan Oktober 2011, Warga Kelurahan Parangloe merasa tidak ada perubahan sama sekali. Sungai mereka tetap tercemar limbah pabrik, air sumur dan tambak terindikasi tercemar limbah, kebisingan tetap terjadi serta bau tak sedap selam produksi menjadi hal yang lumrah.
Bahkan beberapa warga yang merupakan buruh pada pabrik tersebut pun membenarkan tentang adanya IPAL PT. Makassar Te’ne tetapi tidak berfungsi secara optimal sehingga tetap mencemari sungai dan pembuangan yang dilakukan pada malam hari tetap menimbulkan bau yang menyengat, sayangnya mereka (buruh pabrik-red) tidak berani memprotes lebih jauh dikarenakan kekhawatiran akan posisi mereka sebagai pekerja pada pada pabrik ini.

Memang benar keberadaan PT. Makassar Te’ne berada pada kawasan Industri lalu apakah kemudian hal tersebut menjadi pembenaran juga jika limbah pabriknya dapat dibuang sesuka hati selama masih dalam kawasan industri?
Kemudian apakah sebuah permukiman yang terletak pada kawasan industri memang sepantasnya untuk merasakan akibat limbah pabrik?
PT. Makassar te’ne merupakan salah satu Pabrik Gula terbesar di Sulsel juga menjadi pemasok perputaran ekonomi Kota Makassar serta peningkatan pendapatan daerah Kota Makassar.
Lalu apakah karena alasan seperti itu kemudian menjadi suatu pembenaran jika warga Kelurahan Parangloe menjadi tumbal?
 Menjadi alasan lambannya penindakan pihak yang berwenang (DPRD Kota Makassar) terhadap pabrik ini?
Ataukah Pemda kita memiliki pola pikir ‘tak apalah sungai Tallo tercemar, yang penting perputaran ekonomi Kota Makassar yang bersumber dari pabrik ini tetap stabil’?

Jika tiga pertanyaan saya diatas mendapat jawaban ‘Tidak, itu tidak benar’, maka Pemda Kota Makassar seharusnya tidak lembek dalam menangani permasalahan ini dan segera bertindak tanpa pandang bulu.

Akan tetapi jika jawaban dari pertanyaan saya adalah ‘ya, memang seperti itu’. Saya tak akan kaget jika suatu hari nanti puncak kemarahan warga akan sampai pada ambang batasnya. Saya juga tak akan kaget jika mendengar di surat kabar bahwa ‘Semua sungai di Kota Makassar telah tercemar limbah pabrik.’ 
Sumber:
-    Survey Lapangan di Kelurahan Parangloe (Oktober 2011)
-    Wawancara Warga Kelurahan Parangloe
-    Surat kabar: Tribun Timur, dan Info Makassar