Kejadian konyol
yang menjadi pelajaran penting bagi kami sendiri.
Cerita ini dimulai dengan tugas besar yang diberikan oleh
seorang dosen yang mana sebagai tiket masuki ujian final semester. Tepatnya
mata kuliah Sistem Informasi Geografis, jadi tugas yang diberikan adalah
menganalisis peta menggunakan program GIS. Saat itu setiap kelompok terdiri 2-3
orang, dan deadline terakhir adalah 15 menit sebelum ujian final.
Kejadian di mulai satu hari sebelum ujian oleh tiga sekawan. Salah
seorang teman bernama Alank mengirim pesan singkat kepada teman kelompoknya.
Dengan maksud untuk bertanya apakah tugas besar tersebut sudah selesai. Isi
dari pesan itu cukup singkat ‘Jadi mi tugasmu’ lalu meng-send ke Fadly tanpa menambahkan tanda tanya
(?) pada belakang kalimat. Fadly yang notabenenya juga belum mengerjakan tugas
besar tersebut langsung menyambut dengan gembira isi pesan singkat, tanpa
berpikir dua kali ia pun menganggap bahwa masalahnya terkait tugas besar telah
terselesaikan dengan sms tersebut.
Dengan santai Fadly meneruskan pesan singkat tersebut pada
teman kelompoknya yang ketiga; Ikram, dengan isi pesan yang sama. ‘Jadi
mi tugasmu’ dengan ekspresi yang sama dengan Fadly, Ikram pun langsung
tersenyum melihat isi pesan itu. Sementara Alank, sang pengirim pesan diawal
sekali masih merasa khawatir karena sms
yang dikirimnya belum dibalas oleh Fadly tanpa sadar akan kesalahan terbesar
yang sudah dibuatnya.
Jauh di tempat lain, Ikram pun melangkah memasuki dunia
mimpinya tetapi sebelum itu dia menyempatkan untuk mengirimkan pesan singkat
dari Fadly ke Alank, ‘Jadi mi tugasmu’. Alank yang
khawatir sejak tadi akhirnya bisa merasa lega dan melangkah ke dunia kapuk
tanpa beban setelah mendapatkan pesan singkat dari Ikram.
Keesokan harinya, Hari Ujian. LT-01. Fadly dan Alank telah
duduk dengan manis di ruangan ujian, sementara itu Sang Dosen pun mulai
mengecek satu persatu tugas besar setiap mahasiswa. Ketika sampai pada giliran Fadly
dan Alank, mereka dengan santai menjawab di Ikram, pak. Lima menit kemudian
Ikram datang dengan setengah berlari, dan langsung di hadang dengan pertanyaan
yang sama oleh Sang Dosen tentang Tugas besar. Ikram dengan santai mengatakan
‘Saya satu kelompok dengan Fadly, Pak.’ Dengan perkiraan Fadly sudah
menyetorkan Tugas Besar tersebut. Secara spontan tiga sekawan tersebut saling
melihat, antara bingung, merasa bodoh dan takut apa yang akan mereka hadapi
jika Sang Dosen megeluarkan mereka dari ruang ujian saat itu juga.
Untunglah hari itu keberuntungan mereka bertiga, Sang Dosen sedang
bermurah hati untuk memaafkan kesalahan konyol yang mereka buat. Setelah mereka
menghadap dosen dan menjelaskan alasan mereka sambil memohon agar nilai mereka
tidak dibatalkan.
Setelah keluar dari ruang dosen, Ketiga sekawan ini pun pergi
menuju Plazgoz, bercerita tentang kebodohan dan kekonyolan mereka, dan tertawa
terbahak-bahak. Saya yang berada di Plazgoz saat itu pun tak bisa berhenti
tertawa mendengar cerita konyol itu.
Itulah akibat fatal dari pengharapan berlebihan dari orang
lain ketika berada dalam tugas kelompok. Semoga tak ada kejadian konyol seperti
ini terjadi lagi, terutama bagi ketiga sekawan itu.