September 29, 2011

ELEGI MAHASISWA DI RANTAU

Pagi ini seperti biasanya, aku kembali terlambat bangun sementara waktu sudah menunjukkan pukul 08.44 AM pada jam digital di hp ku. Dengan segera aku melompat dari atas tempat tidur dan menyabet handuk serta alat mandiku menuju kamar mandi sebelum ada anggota kost-kostanku yang mendahuluiku. Mandi ala bebek pun segera kulakonkan, begitu pun dengan berganti pakaian semua serba kilat. Bahkan andaikan aku mempunyai 4 tangan maka semuanya akan sangat berfungsi disaat genting seperti ini.
Hpfuuh….akhirnya aku pun siap, tinggal mengunci pintu kamar dan memulai hariku walaupun selalu diawali dengan kepanikan dikala pagi menuju siang. Seperti biasanya, aku akan melalui sebuah jalan setapak kecil dengan permukiman kumuh disamping kanan dikiri jalan kecil ini. Sebenarnya pemilik rumah di daerah ini tidak semiskin para pemulung di Kota Metropolitan hanya saja kebiasaan mereka yang sangat buruk terutama pada sampah disekeliling rumah mereka membuat permukiman ini terlihat sangat kumuh dan menyedihkan.
Setelah melalui jalan setapak kecil dan permukiman kumuh, barulah aku bisa menghirup udara segar yang sangat menyejukkan yang tidak lain dan tidak bukan berasal dari indahnya alam kampusku yang tercinta (kalo lagi mood). Sebagai catatan sebenarnya aku tidak pernah berpikir akan melanjutkan sekolahku di tempat ini, di Kota Metropolitan yang merupakan kandidat penerus Jakarta di Indonesia Timur.
Kalian pasti sudah bisa menebak kota apa itu, orang-orang biasa menyebutnya sebagai Kota Anging Mamiri, tapi kalo saya ditanya kenapa sampai disebut begitu maka satu jawaban yang bisa ku berikan ‘mungkin dicomot dari lagu daerahnya’ maybe… satu hal yang paling penting adalah selama melewati panorama kampusku, hal yang paling suka ku lakukan adalah bersenandung lagunya Edcoustics-sebiru hari ini. Rutinitas sebagai mahasiswa perantauan dengan mimpi-mimpi untuk menjadi orang yang lebih baik dan sukses membuat aku meninggalkan tanah kelahiranku di ujung paling timur Indonesia.
Menjalani studi di kota ini adalah salah satu loncatan pertama aku untuk mencapai mimpiku. Dalam peta hidupku sudah kugambarkan skema mimpiku dengan sangat rapi dan teratur walaupun aku tahu pada kenyataannya, keseharianku saja tidak pernah teratur tapi itulah aku, walaupun fakta dilapangan berkata aku bukan tipe orang yang suka akan keteraturan tapi kenyataannya aku mampu untuk membuat mimpiku menjadi tersistematis mungkin (mungkin karena ku juga seorang planner^_^). Setiap mimpi yang terlintas di kepalaku selalu ku catat walaupun hanya sepersekian detik tapi aku akan segera menuliskannya dibuku mimpiku. Aku selalu merunut semua keseharianku mulai dari Rencana Umum sampai pada Rencana Detail (kalo proyek ala planner pembagiannya githu) meskipun dalam jadwal keseharian aku sering kali tidak konsisten tapi aku selalu mencoba untuk menyelesaikan semua yang sudah tercantum di jadwal yang ada.
Aku juga tidak malu ketika hampir di semua bukuku kutuliskan nama lengkapku disertai semua title gelar yang ingin ku capai mulai dari S.T, M.Eng sampai gelar Doctor. Ya…walaupun sering kali temen-temenku mengulukan senyum aneh tiap kali membacanya tapi tetap aja selalu berakhir dengan kata ‘AMIN, semoga benar-benar terwujud’, dan aku selalu membalas denagn senyuman karena itu berarti bertambah lagi satu orang yang mendoakan agar mimpiku bias terwujud.
Mencapai sebuah mimpi memang bukanlah hal yang mudah, memang terlihat indah ketika kita membaca ataupun menonton “Tetralogi Laskar Pelangi” tetapi kenyataan sangatlah sulit, mesti tetap bertahan pada niat dan tekad yang kuat walaupun kemampuan fisikmu sudah hampir lowbat (emang hp). Tapi jujur saja, salah satu motivasi aku untuk semakin menguatkan niat dan tekadku adalah buku itu (TLP dan negeri lima menara). Teringat sebuah ayat yang berbunyi “inna ma a’malu bi niat”, semua tergantung pada niat. Niat awalku untuk menjadi sukses dan mampu membanggakan orang tuaku karena itulah aku tidak akan berhenti mencapai hal tersebut sampai orang tuaku tersenyum bangga padaku, meskipun aku mesti jatuh bangun di tanah perantauan.
Mungkin dibagian belahan bumi lainnya ada kumpulan mahasiswa yang menikmati hidupnya dengan bersenang-senang dan tidak perlu kerja keras untuk mencapai kesuksesan dan selalu mendapatkan apa yang mereka mau dengan hanya menjentikkan jari saja (seperti sulap). Hidup bergelimang harta orang tua, tak perlu memikirkan akan kesusahan hidup ataupun selalu menadahkan tangan pada induk-induk mereka. Terkadang aku juga ingin berada diposisi mereka yang menikmati masa muda dengan bersenang-senang tetapi kemudian aku tersadar,
Itulah pembeda aku dengan mereka,
Itulah yang membuat aku lebih tangguh dari mereka
Itulah yang membuat aku lebih istimewa dari mereka
Dan itu pula yang membuat aku akan menjadi lebih sukses dan berhasil dari mereka karena
sebuah rumus yang selalu kupegang dan genggam dalam perjuangan ini
Kesuksesan = Niat/Tekad + Kerja keras + Doa
Kesuksesan ≠ Keberuntungan à Kesuksesan = Takdir

  
By: Farish Al Farishy

Danau Unhas

Pemandangan Danau Unhas Di Siang Bolong 

Rektorat Universitas Hasanuddin

Sang Merah Putih di Kampus Merah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar