Februari 15, 2012

BARISAN SAKIT HATI (BSH)



Tiga kata tersebut saya dapatkan ketika terjun dalam sebuah organisasi. Adapun berbagai persepsi yang muncul pun sangat bervariasi, ada yang mengatakan bahwa barisan sakit hati ini adalah kumpulan orang-orang yang tidak bisa bertahan dengan prinsip-prinsip organisasi tersebut dan akhirnya memutuskan keluar jalur kemudian di saat berada diluar organisasi tersebut mereka (kaumBSH-red) mulai menggembar-gemborkan semua kekurangan organisasi yang mereka pernah jalani itu. Mereka terkungkung dalam keegoisan yang menganggap bahwa pemikiran mereka adalah yang paling benar dan jika itu tidak sejalan dengan apa yang dilakukan organisasi maka organisasi telah melakukan kesalahan.
Ada juga yang mengatakan barisan sakit hati adalah kumpulan orang-orang yang sangat mencintai organisasinya itu, saking cintanya sampai dia kecewa ketika organisasinya itu tidak berjalan seperti maunya atau tersendat dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk hengkang dari organisasi tersebut sebelum luka kekecawaan itu semakin besar.
Sementara menurut saya sendiri barisan sakit hati ini sebenarnya muncul karena satu hal, yaitu tidak adanya kepedulian antara sesama anggota organisasi. Anggota organisasi cenderung memikirkan cara penyelesaian masalah eksternal, cara menyelesaikan berbagai proker-proker yang akan mereka pertanggungjawabkan di akhir kepengurusan organisasi, cara memberikan citra positif public pada organisasinya, tanpa mereka sadari bahwa hubungan yang terbentuk bukan karena ikatan batin tapi hanya demi sebuah proker yang harus terlaksana.
Apa mereka pernah bertanya bagaimana keadaannya temannya ketika bertemu?
Apa mereka pernah bertanya tentang keluarga temannya ketika bertemu ?
TIDAK.
Yang mereka tanyakan hanyalah bagaimana perkembangan pelaksanaan proker, berapa jumlah dana yang telah terkumpul untuk terlaksananya proker, akan dilaksanakan kapan proker itu, dsb.
Apa pernah terpikir oleh mereka, mengapa sang teman tidak konsen ketika rapat organisasi?
Apa pernah terpikir oleh mereka, apa yang menyebabkan sang teman jarang terlibat dalam organisasi?
Apa pernah terpikir oleh mereka, apa teman saya sedang dalam kesulitan?
TIDAK.
Mereka tidak pernah berpikir, karena satu-satunya dalam otak mereka adalah PROKER TERLAKSANA!
Mereka masing-masing terkungkung dalam keegoisan masing-masing.
Hal-hal kecil seperti ini yang pada awalnya hanya dianggap sebagai basa-basi tapi taukah kau kawan, bahwa bahasa basa-basi inilah yang membuat ikatan dalam organisasi semakin terasa eratnya. Begitu berbeda jika kita melihat antara pola organisasi zaman dulu yang begitu gigih dan erat dibandingkan sekarang. Saya sendiri bingung membahasakan apa yang terjadi pada kelompok-kelompok organisasi saat ini. Mereka (organisasi saat ini-red) terlalu serius pada proker mereka, ‘pokoknya mau kualitas akhir meragukan yang penting terlaksana’ itu salah satu motto sampingan mereka. Terlaksananya proker berkahir dengan kualitas yang meragukan dan pertemanan antara anggotanya pun berakhir setelah proker terlaksana. Mungkin ada juga yang bertahan bahkan menjadi sahabat, tetapi berapa persen? 10%? 5%? Atau 1%?
Organisasi bukan hanya tempat untuk menjalankan berbagai proker-proker bulshit yang selalu kalian dewa-dewakan dan kalian anggap lebih prioritas dibandingkan akademik. Tapi satu hal yang merupakan tujuan utama organisasi didirikan dan alas an jugamengapa kalian mau untukbergabung dengan organisasi yaitu terbentuk nyata tali persaudaraan dan kesepemahaman antara setiap anggotanya. Sekarang permasalahannya bagaimana mau terbentuk tali persaudaraan kalau tiap kali ketemu Cuma satu yang ditanyakan tentang proker, yang dituntut proker, yang di-sms rapat, yang diposting di wall Fb Cuma rapat proker.
Barisan sakit hati sebenarnya muncul karena hal ini, karena keegoisan kedua belah pihak baik sang BSH maupun orang-orang yang masih di dalam organisasi. Mereka condong tak tahu bagaimana cara mengendalikan emosi pribadi dan tak tahu cari mengendalikan temannya sendiri. Lagi-lagi saya kembali pada pembahasan saya sebelumnya dimana alasan dari semua ini adalah ketidakpedulian antar sesame dan kekakuan sebuah organisasi.
Saya percaya dan yakin kejelekan organisasi tidak hanya dibicarakan oleh para barisan sakit hati saja, mereka yang masih pada organisasi tersebut juga membahasnya. Lalu mengapa harus muncul kaum Barisan sakit hati ini jika sebenarnya semua yang dibicarakan sebenarnya memiliki tujuan yang sama. Mengapa kita tidak merekonstruksi ulang dari awal pola organisasi yang kaku saat ini menjadi lebih cair dan juga menjadi lebih peduli antar sesama anggota?
Minimal hal ini akan mengurangi kaum Barisan Sakit Hati di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar