Juli 27, 2012

SERBA-SERBI KKN



Part 1
  
Akhirnya menulis lagi…
Setelah sebelumnya saya sempat menuliskan sebuah tulisan dengan judul ‘musim kkn’ maka kali ini saya akan bercerita lebih dekat tentang KKN. Bagi yang belum tahu apa itu KKN maka sebagai perkenalan KKN adalah singkatan dari Kuliah Kerja Nyata. KKN ini merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa S1 sebagai bentuk pengaplikasian semua teori yag didapatkan dari bangku kuliah, di sinilah ujian sebenarnya dari semua ilmu yang telah didapatkan.
Berbicara tentang KKN maka akan mengurai episode yang sangat panjang, entah itu dimulai dari lokasi KKN, program kerja, teman-teman seposko, watak masyarakat desa, dan kekonyolan yang sering terjadi di lokasi KKN. Berhubung sangat banyak maka kali ini saya hanya akan membahas  tentang ‘Lokasi KKN’

Lokasi KKN
Satu hal yang membuat semua peserta KKN memasang kuda-kuda siaga 1 sehari sebelum pengumuman. Mengapa?? Karena tepat di hari ‘H’ (hari pengumuman) maka para supervisor lah yang harus memasang kuda-kuda untuk menampik semua alasan para peserta KKN yang ingin berpindah tempat ataupun bertukar lokasi.
Ya….dari tahun ke tahun hal yang sama selalu terjadi pada mahasiswa yang notabenenya berasal dari berbagai fakultas yang berbeda-beda tentunya berharap bisa berada satu lokasi dengan teman yang dikenalnya. Maka tak dielakkan lagi sistem lobi menjadi hal yang lumrah ketika pembagian lokasi KKN telah ditetapkan.
Biasanya, hal-hal yang menjadi alasan utama adalah karena lokasi KKN berada di kampung halamannya, yang kedua karena isu tentang fasilitas lokasi KKN sangat minim, yang ketiga karena umumnya peserta KKN tidak ingin terpisah dari teman-teman dekatnya dan yang paling tolol adalah karena ingin selalu dekat dengan sang kekasih hati.
Alhasil sistem loby-meloby pun terjadi, ada yang membuahkan hasil berupa senyum puas dari wajah para mahasiswa, dan ada pula yang menghasilkan kerutan cemberut setelah keluar dari kantor UPT KKN.
Meskipun begitu ternyata persiapan kuda-kuda para supervisor lebih kuat, karena strategi yang mereka pakai hanyalah sampai pada pembagian lokasi di tingkat Kecamatan, sementara untuk tingkat desanya dibagikan pada hari ‘H’ setibanya di kantor Kecamatan. Hal ini dilakukan para supervisor untuk melebur semua mahasiswa dan juga memperkecil upaya loby yang dilakukan para peserta KKN.
Tapi lain lagi ceritanya bagi peserta KKN yang sudah memiliki kebulatan tekad Meloby Tingkat Dewa agar bisa seposko dengan temannya ataupun kekasih hatinya atau bisa juga agar mendapatkan posko yang memiliki fasilitas sempurna (listrik, air, signal buat FB n dekat Jalan poros agar bisa pulang ke kota sesering mungkin^^). Golongan ini dengan sangat gigih melakukan diplomasi (ceileh….bahasanya) dengan para supervisor demi mencapai keinginannya. Seperti biasa ada yang berhasil…..ada pula yang nihil dan hanya bisa menerima nasib.
Seperti beberapa kejadian yang terjadi pada KKN kali ini, ada yang bertempat pada lokasi sangat terpencil yaitu desa yang terletak nyaris di puncak gunung, dengan fasilitas seadanya (listrik hanya seminggu sekali, mandi di sungai, signal mesti nongkrong dulu di atas pohon…he…he…ini serius loh). Bahkan ada salah seorang teman yang demi me-charge hp mesti menempuh 5 km ke posko kecamatan (2 km jalan kaki n 3 km naik angkutan umum), karena tidak tersedianya listrik di desanya.
Atau justru ada pula yang mendapat lokasi justru bertolak belakang 1800 dengan fasilitas yang sangat lengkap bahkan tak perlu capek-capek mencuci dengan tangan karena adanya mesin cuci (Kalo yang ini sih, impian semua peserta KKN^^). Nah umumnya teman-teman yang mendapat fasilitas ini proker yang diberikan diatas 10 proker, maklumlah tingkat service kan mesti sebanding dengan kontribusi yang diberikan kepada masyarakat desa.
Seperti itulah perbandingan fasilitas lokasi KKN sehingga menciptakan sistem lobi-melobi. Jika tadi kita sudah membahas tentang alasan fasilitas lokasi, maka sekarang kita akan lihat dari perspektif alasan karena tidak ingin pisah dari teman se-fakultas ataupun dari sang pacar.
Nah, kalo menurut saya ini adalah alasan paling konyol dan manja yang pernah saya dengar. Hanya karena ingin tetap bersama dengan teman atau pacar sampai-sampai dengan sepenuh hati meloby para supervisor. Buat apa coba capek-capek ikut KKN kalo ternyata pribadi individual dan egois seperti itu masih terpelihara dengan subur, yang ada dari awal hingga akhir KKN hanya berisi keluhan kosong.
Seperti beberapa kejadian yang saya ketahui dari beberapa teman di posko lain, ada kejadian dimana munculnya genk-genk dalam satu posko yang menyulut pertengkaran internal, perilaku individualistis dengan teman dari fakultas lain serta ada pula perilaku gaya pacaran yang berlebihan antara sesama peserta KKN di satu posko, ujung-ujungnya malah kenyaman dan keamanan di posko menjadi terganggu dan tidak kondusif lagi untuk semua peserta KKN bekerja. Tuh kan, lebih banyak negatifnya kalo semua peserta KKN terlalu manja dan egois.
Ya…semua itu hanyalah sebagian kecil dari masalah terkait lokasi KKN yang muncul akibat sikap sebagian peserta KKN yang terlalu kekanak-kanakan. So, sekedar saran saja buat para peserta KKN berikutnya, supaya sembuhin dulu deh penyakit manja dan egois yang diidap sebelum turun lapangan untuk KKN, takutnya ilmu dan pengalaman gak di dapat malah capek hati doang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar