![]() |
Pemandangan Kota Jayapura |
Mengikuti trend kota-kota besar ibu kota provinsi,
kota jayapura yang notabenenya adalah ibu kota provinsi papua pun mengalami
perubahan yang cukup drastic dari segi pembangunan.
Bukanlah sebuah hal yang baru lagi jika pertumbuhan
suatu kota akan terfokus pada usaha untuk meningkatkan perkembangan ekonomi
guna meningkatkan perekonomian daerah terutama pada kawasan perkotaan. Hal ini
pun terjadi pada Kota Jayapura, kota dengan kontur alam sangat variatif antara
daratan tinggi, berbukit hingga dataran redah tidak menjadi sebuah hambatan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura.
Dapat kita lihat saat ini bagaimana pertumbuhan
ekonomi di Tanah Papua mulai di jamuri oleh para investor-investor non lokal
yang dengan bangga mendirikan berbagai jenis rumah toko (lebih dikenal dengan
RUKO) di sepanjang jalan mulai dari jenis mini market, toko baju, hingga
supermarket skala medium. Ruko yang dibangun pada dasarnya memiliki bentuk dan
koefisien lantai bangunan yang sama, luas yang sama, serta luas lahan parkir
yang sama dan satu hal yang paling penting adalah hampir semua ruko berada pada
sepanjang jalan arteri Kota Jayapura.
Semua fakta ini bisa anda lihat jikalau anda baru saja
tiba di Kota Jayapura baik itu melalui Pelabuhan maupun Bandara Udara maka
sepanjang perjalanan melalui jalan utama (arteri) yang akan kalian lihat
hanyalah dua hal yaitu pertama : Gunung dan yang kedua: Ruko. Memang jika
melihat topografi kota ini, maka hal tersebut adalah sesuatu yang lumrah jika ruko diapit oleh dua bukit selain
itu juga Kota jayapura membutuhkan peningkatan dari segi ekonomi sehingga
keberadaan ruko yang mulai menjamur ini bukanlah suatu hal yang salah justru
menguntungkan berbagai pihak (bagi pemerintah maupun masyarakat).
![]() |
Permukiman yang diapit oleh pegunungan |
Tetapi pertanyaannya sekarang, adalah apakah
pembangunan yang diharapkan pemrintah Kota Jayapura saat ini hanyalah sebuah
konsep pembangunan jangka pendek yang mana tiap kali pergantian pemimpin daerah
maka berganti pula konsep pembangunan kota ini??? Saya rasa tidak satu kota pun
di Indonesia yang mau kotanya di bangun layaknya sebuah proyek tambal-sulam,
selain itu juga pemerintah pusat pun tidak akan dengan bodoh menyetujui konsep
pembangunan kota seperti itu.
So, kalau ditanya apa hubungannya dengan keberadaan
Jayapura sebagai Kota Ruko dengan Konsep pembangunan jangka pendek??
Maka akan coba saya jelaskan dari dua aspek yang
pertama dari aspek saya sebagai masyarakat kota Jayapura dan yang kedua lebih
kepada segi profesionalitas penataan pembangunan perkotaan.
Menjamurnya rumah toko (RUKO) di kota jayapura saat
ini memberikan peluang kerja yang cukup besar bagi kami, masyarakat Kota
jayapura. Lapangan kerja menjadi lebih luas serta roda perkonomian pun semakin
kencang berputar. Tidak hanya para investor yang meraup keuntungan besar dengan
keberadaan ruko-ruko ini tetapi juga para penduduk lokal. Penduduk lokal yang
umumnya sebagai pemilik tanah adat di Kota ini pun mendapatkan bagian yang
tidak sedikit dari hasil penjualan tanah-tanah mereka yang nantinya dibangunkan
sebuah ruko.
Jika kita melihat dari aspek pertama ini maka
tanggapan yang akan dikeluarkan pertama adalah “justru baguskan kalau memang begitu akibatnya dari menjamurnya berbagai
ruko di Kota Jayapura?!!! “
Ok. Saya sepakat itu adalah dampak positif jika saya
memandang dari aspek masyarakat kota yang AWAM, tetapi coba kita memandang dari
kaca mata masyarakat Kota Jayapura yang lebih cerdas.
Maka yang akan kita dapatkan adalah sebuah ketimpangan
sistem perekonomian dengan menjamurnya ruko, yang pertama adalah mengapa kita
(masyarakat Kota Jayapura-red) harus bekerja pada para investor non lokal itu
sebagai bawahan? Mengapa tidak kita berdayakan sendiri kemampuan kita untuk
menjalankan roda perekonomian Kota Jayapura? Ya…minimal kalau memang belum
sanggup untuk menghandle all of project, fifty-fifty lah investasi yang di
lakukan! Hal seperti ini menegaskan pada para investor non lokal bahwa
kemampuan masyarakat lokal pun tak bisa disepelekan dalam hal pergerakan roda
perekonomian daerah.
Ketergantungan yang cukup besar pada keberadaan
investor non lokal dalam membangun kota Jayapura memberikan statement secara
tidak langsung kepada masyarakat luar bahwa kita tidak memiliki SDM yang cukup
berkualitas serta modal untuk
menggerakan roda perekonomian Kota ini. Bagaimana bisa kita meminta sebuah
kemerdekaan untuk lepas dari NKRI sementara hal yang paling dasar seperti
masalah keberadaan sebagian besar ruko saja merupakan kepemilikikan investor
non lokal??!!
Hal kedua, melihat dari segi penataan perkotaan. Maka
hanya satu kata saja yang bisa saya keluarkan jika ditanya pendapat saya
tentang penataan Kota Jayapura saat ini dengan keberadaan rukonya yaitu
KACAU!!!
Kota jayapura sebenarnya adalah salah satu kota di
Indonesia yang cukup potensial untuk di tata menjadi kota yang rapi dan
seimbang antar setiap kawasannya. Mengapa??? Karena kota jayapura masih
merupakan kota skala kecil dengan tingkat pertumbuhan pembangunan yang umumnya
masih lambat, tidak seperti kota-kota metropolitan yang memliki indeks pertumbuhan
pembangunan sangat cepat dan menyeluruh sehingga sulit untuk ditata kembali.
Keunggulan yang dimiliki Kota Jayapura inilah yang sangat disayangkan jika
penataannya tidak memiliki arah dan seperti yang telah dikatakan sebelumnya
hanya berupa perencanaan pembangunan jangka pendek.
KACAU, keberadaan ruko yang terbentang dari titik
pinggiran kota (sub-urban ) hingga pusat kota (central bussines district-CBD)
memberikan citra wajah Kota Jayapura sebagai Kota Seribu Ruko. Mungkin terlihat
terlalu berlebihan, tetapi jika anda datang dan berkunjung ke Kota ini maka
saya rasa anda akan sepakat dengan hal ini. Entah sebuah trend tetapi kemudian
muncul sebuah opini bahwa tak ada lahan kosong akan sia-sia di Kota Jayapura.
Semua lahan akan terealisasi dnegan berdirinya ruko, kecuali gunung yang belum
di ratakan.
Melihat kepadatan Kota Jayapura dengan berbagai sarana
perdagangan dari pinggiran Kota hingga pada pusat Kota memberikan kerancuan
pada tata kota yang ada (kalaupun sudah dibuat??). ambilah contoh salah satu
distrik seperti Abepura, kurang lebih lima tahun yang lalu distrik ini selalu
dikenal sebagai pusat kota pelajar karena memang sebagian besar sarana
pendidikan berbasis pada distrik ini baik dari tingkat TK hingga perguruan
tinggi semua terpusat pada distrik Abepura tetapi jika kita menengok sekarang,
distrik ini terlalu sesak oleh sarana perdagangan (berupa ruko). Kemudian
begitu juga yang terjadi pada kawasan Waena yang notabenenya berupa kawasan
sub-urban dengan focus pada permukiman penduduk juga mengalami pergeseran
fungsi menjadi kawasan perdagangan dan pendidikan.
Kemudian pertanyaannya adalah, lalu apa
permasalahannya?
Permasalahannya adalah ketika suatu kawasan tidak
berfungsi sebagaimana mestinya maka pasti akan terjadi ketimpangan dalam kehidupan
setiap komponen tersebut. Keberadaan sarana perdagangan adalah suatu hal yang
wajar tetapi pada standarisasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan
berarti kemudian sarana tersebut dapat tumbuh mejamur hingga membabi-buta hanya
dikarenakan adanya kesempatan meraup rupiah.
Mari kita ambil contoh pada Kawasan Sub-urban Waena
yang saat ini di jamuri dengan keberadaan Ruko, permasalahan yang sangat
mungkin terjadi pada kawasan ini adalah kemacetan pada beberapa tahun kedepan,
mengingat banyaknya ruko yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan akan space
area parkir. Awalnya konsep parkir 900 kemudian 600 hingga
akhirnya ketika space tidak mampu menampung maka yang terjadi adalah parking on
street. Jika sampai hal ini terjadi sama saja dengan mengurangi satu lajur
jalan pada kawasan Sub-urban. Jika hal ini terjadi pada jalan kolektor saya
rasa tidak terlalu bermasalah, tetapi jika pada Jalan arteri (Jl. Raya Sentani)
yang notabenenya merupakan satu-satunya Jalan Utama di Kota Jayapura maka
Kemacetan ala Kota Metropolitan tak dapat lagi terhindarkan, Kecuali Pemkot
Jayapura berniat untuk membuat Jalan Tol baru.
Kemacetan hanyalah salah satu dampak dari ketimpangan
fungsi lahan suatu kawasan, beberapa dampak lain bisa muncul seperti kekumuhan
wajah kota, berkurangnya daerah resapan, hingga pada ketimpangan kehidupan
sosial masyarakat yang dapat menimbulkan konflik.
Sekadar saran yang bisa saya berikan terkait
permasalahan ruko yang menjamur di Kota Jayapura ini adalah terkait tegasnya
pemkot setempat dalam pelaksanaan penataan ruang kota Jayapura agar sesuai
dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Jayapura yang telah disusun pada
Rencana Pola Ruang dan dalam penentuan kawasan lindung dan budidaya. Dan
terkait regulasi izin pendirian usaha, semakin diperketat dalam pengeluaran
izin usaha terutama usaha yang berada di sepanjang jalan arteri.
Ya, memang benar Kota Jayapura memang butuh
peningkatan sektor ekonomi demi kesejahteraan masyarakatnya tetapi pertumbuhan
yang terjadi haruslah sehat dan sesuai dengan kawasan peruntukkannya. Jangan
sampai perputaran ekonomi yang menjamur saat ini hanya menjadi masalah di masa
yang akan datang baik itu ketimpangan fungsi lahan maupun ketimpangan sosial
ekonomi.
Aiii maaak, setuju sekali, di mana-mana ruko, bikin tambah macet saja. Apalagi jalan utama cuma satu biji, kalo ada apa-apa dengan itu jalan, kacaulah semua satu kota. Ruko banyak sih ga masalah,tapi harus sesuai dengan RTRW.
BalasHapusNgemeng-ngemeng tulisan2mu bagus mace, kritis. Coba atuh di kirim ke media massa, misal Cepos atau sejenisnya. Atau malah sudah lagi =D
he..he...makasih
Hapusbaru juga belajar nulis fren...^^