Pulau Barrang Lompo adalah
salah satu pulau yang berada di sisi barat Kota Makassar dengan jarak sekitar13
Km, pulau ini termasuk dalam salah satu kelurahan pada Kecamatan Ujung Tanah.
Berikut Peta Orientasi:
Secara administrasi kelurahan Barrang Lompo dibagi menjadi 4 Rukun Warga
(RW) dengan luas wilayah 20,38 ha. Dari hasil analisis TIPP didapatkan luasan
masing-masing RW yaitu RW I dengan luasan wilayah 3,73 ha, RW II dengan luas wilayah
5,33 ha, RW III dengan luas wilayah 6,5 ha dan RW IV dengan luas wilayah 20,38
ha. Berdasarkan data BPS Jumlah penduduk pulau ini pada tahun 2010 sebanyak
4.209 jiwa. (Wow, sangat banyak untuk skala pulau kecil).
Jangan kaget, jika anda datang berkujung ke pulau ini maka pemandangan
yang anda lihat adalah kehidupan masyarakat layaknya pada suatu permukiman yang
tak jauh dari Kota Makassar bukannya sebuah pulau mengingat jumlah penduduk
yang banyak serta perumahan penduduk yang cukup padat pada pulau yang memiliki
luas hanya 20,38 ha ini. Kalau boleh saya bilang….yang luasnya samalah dengan
Perdos Unhas hanya saja kalau pada perdos perumahan elite kalo di Barranglompo
Elit (Ekonomi sulit). Hehe….becanda kok, tidak semua perumahan pada pulau ini
masuk kategori ekonomi sulit ada juga kok rumah batu yang cukup layak untuk
dikatakan mewah. Oh ya…satu lagi nilai plus yang membuat Pulau ini ramai akan
penduduk, Why????Karena di pulau ini terdapat salah satu Lab. Penelitian Marine
Field Unhas (Fak. Perikanan dan
Kelautan) So, jangan heran kalo liat banyak pemuda yang berlabel mahasiswa
mondar-mandir di Pulau ini lengkap dengan peralatan snorkling, konon pulau ini
sudah menjadi rumah kedua bagi mereka (konon ya…..kalo mau dipercaya monggo,
kalo nggak juga nggak papa^^)
Ok, back to the title. Sebenarnya judul diatas saya ambil berdasarkan
eksisting dan rasa kecewa yang tak terkira (lebay…) ketika melakukan survey
lapangan pada Pulau ini. Awalnya saya dan beberapa teman berencana menjadikan
P. Barranglompo ini sebagai salah satu objek wisata pulau di Kota Makassar
dengan konsep traveling wisata pulau dan wisata berbasis pemberdayaan
masyarakat . (Sekali lagi itu awalnya…..)
Mengapa kita memilih P. Barrang Lompo???
He…he… jadi malu ceritainnya, sebenarnya berawal dari data sekunder from Om Google, yang mana pada Om Google
ini penggambaran Pulau Barrang Lompo sungguh menganggumkan. Dimana digambarkan
pulau Barrang Lompo memiliki cukup banyak potensi yang jika dikembangkan akan
mendatangkan manfaat yang cukup banyak bagi pulau ini (Sekali lagi itu
awalnya…..)
Saya akan memaparkan sedikit info yang saya dapatkan via Om Google
tentang pulau ini:
¨ Barang
Lompo adalah salah satu dari pulau-pulau koral di lepas pantai Ujung Pandang
yang berbatasan dengan Gusung Bone Battang. Pulau ini mempunyai taman laut yang
sangat elok dan menarik.
¨ Di
pulau Barrang Lompo terdapat oseanorium peninggalan Jepang.
¨ Barang
Lompo mempunyai sumber mata air tawar menjadikan pulau ini banyak dihuni oleh
nelayan, pelayar dan beberapa keluarga perajin perak tradisional.
¨ Tradisi
masyarakat yang masih dijumpai di pulau ini adalah: Upacara Lahir Bathin yakni
mensucikan diri sebelum masuk bulan Ramadhan, Upacara Songkabala yakni upacara
untuk menolak bala yang akan datang, Upacara Pa'rappo yakni upacara ritual yang
dilaksanakan oleh para nelayan sebelum turun ke laut, Upacara Karangan yakni
upacara ritual yang dilakukan oleh para nelayan ketika pulang melaut dengan
memperoleh hasil yang berlimpah.
Ya, kurang lebih seperti itulah potensi yang ditawarkan via internet.
Akhirnya saya dan teman2 memutuskan memilih pulau ini sebagai site perencanaan
pengembangan kawasan wisata pulau.
Berbekal data internet, Tanya sana-sini (ama siapa aja yang tahu) n modal kenekatan kami pun turun lapangan untuk survey. Di tengah terik sinar mentari yang sedang sangar-sangarnya kami menaruh harapan yang sangat besar agar hasil yang didapatkan di pulau nantinya bisa memuaskan.
Dan…….eng…ing….eng…. kami benar-benar terpukau dengan pulau ini, saking
tersepona (eh terpesona…) sampai pada keriput semua anggota tim survey. Gimana
gak, pulau yang kita pikir diawal layaknya pulau yang minim penduduk
eh….ternyata padat…super padat penduduk. Alhasil belum turun dari kapal udah
pada pesimis duluan anak-anak yang lain. Tapi berhubung udah nyampe disini mau
apa lagi coba, nasi udah jadi bubur…ya udah di makan aja! Survey pun tetap
dilaksanakan.
Tersangka utama yang dicari adalah Pak Lurah (he…he…informan
maksudnya), pucuk di cinta ulam pun
tiba. Akhirnya kita bertemu dengan Pak Lurah pulau ini, kurang lebih hampir
setengah jam melakukan wawancara dengan beliau….satu kesimpulan yang didapat.
OM GOOGLE Bo’ong. Eh…atau pak lurahnya yang gak tahu apa-apa. Well, dari
wawancara itu kita menanyakan kebenaran akan potensi yang didapatkan dari Om
Google…eh ternyata Pak Lurah malah bilang gak ada sama sekali diantara
potensi-potensi itu, kalau pun ada itu udah lama sekali. Ok, kita manggut2 aja.
Next wawancara warga sekitar, bagian ini nih yang buat bingung. Warganya bilang
ada potensi-potensi itu TAPI pak lurah bilang gak ada, Bingung! So kita coba
konfirmasi lagi eh malah katanya warga ‘Baru ji itu diangkat jadi lurah, ndak
tahu apa-apa disini. Datangnya saja cuma akhir pekan……….’. Nah loh….apa-apaan
ini?? untuk menghindari konflik n curhat berkepanjangan kami pun cabut, dan
mencari informan yang lebih kalem. (Cari aman he…he…)
Dalam perjalanan kami mengelilingi pulau ini ada dua hal yang tidak akan
pernah kami lupakan yaitu SAMPAH…..dan yang Kedua PADATNYA RUMAH. Pertanyaan
pun mulai mucul kalo kayak gini, Gimana kita buat konsep perencanaan
wisatanya?? Mau ratakan nih pulau lalu bangun kembali? Gile aja. Atau sekalian
ganti aja lokasi survey! Rasa pesimis benar-benar udah mengalahkan semua
anggota tim, hampir satu jam berpisah dan masing-masig melakukan survey
mengelilingi pulau ini ternyata memberikan sedikit titik terang ketika bertemu
lagi. Beradasarkan informasi, ternyata kami masih memiliki kesempatan untuk
mengembangkan pulau ini menjadi kawasan wisata. Salah satunya dengan konsep
wisata agro dan wisata budaya.
Pesisir Pulau Barrang Lompo, Makassar |
Ya, berdasarkan survey yang dilakukan ternyata potensi masyrakat disini
sebagai nelayan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengembangan yang
kami rencanakan. Mengingat cara penangkapan
ikan yang dilakukan masih tradisional dan juga pelestarian
ekosistem laut. Bahkan salah satu buah
tangan berupa makanan dari budidaya laut bisa dijadikan cirri khas pulau
Barrang Lompo. Alhasil, kita tetap bertahan dengan lokasi perencanaan di Pulau
Barrang Lompo tetapi konsep yang digunakan harus diubah sedikit dan untuk
menyenangkan hati kita masing-masing sebelum balik ke Makassar, kita nikmati
dulu naik odong-odong keliling pulau (mumpung Cuma Rp 1.000^^) plus makan rujak
he…he….
Permukiman Warga |
Masjid di P. Barrang Lompo |
Area Pekuburan P. Barrang Lompo |
Anak-Anak di P. Barrang Lompo |
Sampah menjadi Hal lumrah di Pulau ini |
Kayaknya kebanyakan di pantai kayak gitu deh Lel. Kmrn z ikut survey di pantai juga dy pu sampah tasebar dimana-mana. Bak/tong sampah jarang jadi,yang terutama sih kesadaran prngunjung/pedagang di lokasi jg utk tra buang sampah sembarangan.
BalasHapusDi gambar atas, orang yang tinggal di dekat kumpulan sampah dy tra protes dgn org2 yang buang sampah didekatnya kah Lel?
itu dy ky, masalahnya ini pulau tersendiri yang cukup jauh loh dari Makassar tapi sebagian besar warga udah beranggapan biasa bahkan ndak jadi masalah dengan sampah.
Hapustapi setelah cek-percek lagi sebagian besar sampah pulau ini katanya kiriman dari Kota Makassar.
Kasian juga sih ama warga di pulau ini.
anak plano ini
BalasHapusHai, anak plano juga ya?
Hapusanak plano ini
BalasHapus