Mei 19, 2012

MUSIM KKN



KKN telah tiba….
KKN telah tiba….
Hore…hore….horee…..

Ya…masa perkuliahan telah hampir menemui penghujung, libur panjang sebentar lagi akan menyapa para mahasiswa. Tak tanggung-tanggung kali ini liburan semester akan benar-benar panjang kurang lebih 3 bulan lah…(Kalo di kampusku). Tapi hal ini hanya berlaku bagi mahasiswa yang berada di awal semester dan juga mahasiswa 3K (Kampus, Kost n Kampung). Sedangkan bagi para aktivis kampus dan Mahasiswa-mahasiswa yang terancam ‘SARJANA’ maka akan sulit menikmati liburan kali ini.
Liburan panjang umumnya digunakan oleh para mahasiswa semester akhir untuk melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan seperti sebelum-sebelumnya, KKN berlokasi pada pedesaan yang jaraknya nun jauh di mato…eh maksudnya jauh dari Kota. Seperti biasa berbagai persiapan pun disiapkan oleh para mahasiswa yang ingin ikut serta dalam KKN, mulai dari pengurusan berkas, menggalau karena SKS yang belum mencukupi standar, hingga pada berkejaran-kejaran dengan pihak admin karena batas pendaftaran KKN yang telah tutup.
Lain kaum lelaki, lain pula kaum wanita. Ya begitulah, jika para lelaki menginginkan lokasi yang benar-benar pure sebuah desa tanpa terkontaminasi unsur perkotaan, maka wanita justru sebaliknya. Bagi para kaum lelaki, ajang KKN ini adalah sebenar-benarnya pembuktian eksistensi pengabdian mahasiswa sebagai kaum intelektual terhadap masyarakat. Sementara disisi lain, kaum wanita dengan segala keribetannya justru berpendapat pengabdian itu kan tidak harus di desa terpencil, di perkotaan juga bisa kok dengan maksud supaya ‘mereka’(kaum wanita) setidaknya masih bisa menikamati fasilitas yang nyaman ya…minimal ada Mall Skala Kecil n Signal buat FB (loh???).
Sebenarnya ada betulnya juga kata para kaum hawa ini, dan kadang kasihan juga lihat mereka serba ribet sendiri hidup ala orang desa yang mandinya mesti nimba di sumur atau yang paling parah mesti madi di sungai (ala gadis desa). Belum lagi kalau ngedengerin keluhan manja mereka hanya karena tidak ada signal di desa atau mesti jalan kaki karena kurangnya kendaraan (nah kalo ini bukan kasihan tapi buat hati jadi mangkel). Tapi bagi kaum pria, disinilah seninya, the point of essence; ‘gimana kita bisa berbaur dengan masyarakat kapan aja n dimana aja’. Ya, sebagai salah satu langkah pemberdayaan masyarakat githu mesti ada pendekatan dari hati ke hati (syukur-syukur kalo ada kisah cinta bersemi).
Back to the tittle, musim KKN akan memberikan pengalaman yang tidak terkira bagi setiap person. Entah itu menjengkelkan selama 2 bulan atau sebaliknya sangat menyenangkan. Disinilah kita para mahasiswa menunjukkan fungsi kita yang sebenarnya dengan mengabdi bagi kepentingan orang banyak tidak sekedar teori-teori kosong dibangku perkuliahan. So, buat semua yang akan menjalankan KKN tahun ini, Mantapkan Hati N Do The Best! Nggak usahlah ribet sendiri hanya karena masalah lokasi, toh yang kita lakukan bukan karena jumlah SKS kan?! Tapi ilmu yang riil, yang nggak akan pernah didapatkan oleh mahasiswa manapun di bangku perkuliahan kecuali lokasi KKN.
Ganbatte Kudasai!!

INDAHNYA MENUNGGU



Pernahkah anda menunggu? Pasti pernah! dan tentunya menunggu merupakan hal yang sangat indah, bagi para orang-orang bodoh yang sekalipun mendumel ribuan kali tetapi tetap setia jika disuruh menunggu.
Ya….berkali-kali mereka disuruh menunggu oleh orang yang sama di tempat yang sama dan dengan omelan yang sama tapi tak pernah kapok. Seperti yang terjadi hari ini pada saya, disebuah ruang putih yang telah kosong dari berbagai mahluk hidup, menunggu selama lebih dari 1 jam dan berakhir dengan pernyataan bahwa janji BATAL. Wow….sebuah kejutan yang sangat diidamkan oleh seseorang yang sedang menunggu untuk segera meremukkan kepala orang yang ditunggu.
Judul tulisan ini sebenarnya adalah sebuah sindiran bagi setiap dari mereka yang sangat suka membuat orang menunggu. Ya, memang benar hal yang paling senang dilakukan seseorang adalah membuat orang lain menunggu, seakan-akan orang yang ditunggu adalah dewa yang sangat kita butuhkan. Dan orang yang menunggu tak lebih dari para budak yang siap melakukan apa saja bagi orang ditunggu.
Bukanlah hal yang mengherankan di negara kita ini jika disuruh menunggu, mengingat sistem waktu yang digunakan adalah waktu KARET yang bisa berubah sesuai keinginan mereka (bagi orang-orang yang suka membuat menunggu). Saya tidak memungkiri bahwa saya juga pernah membuat orang lain menunggu dan ada kepuasan sendiri ketika merasa dibutuhkan tetapi pada faktanya keadaan seperti itu berbanding sangat kecil 1:9. Karena walaupun saya yang dibutuhkan tetapi selalu berakhir dengan saya yang MENUNGGU. Wow…sangat hebat sistem waktu di negara ini.
Ada kalanya hidup ini terkesan sangat egois jika kita melihat sesuai hanya dari kaca mata kita yang sarat akan kecacatan. Kaca mata yang sangat suka membuat orang menunggu, sebuah saran kecil cobalah berada pada posisi menunggu. Ketika anda mengadakan janji dengan sesorang cobalah datang minimal lebih cepat 10 atau 15 menit dan rasakan akan indahnya menunggu. Pada dasarnya seseorang tidak akan pernah bisa merasakan penderitaan orang lain melalui teori-teori kosong tetapi melalui tindakan nyata.
Untuk semua orang yang suka membuat orang lain menunggu, gimana kalau kalian bertukar posisi sebentar….ya, minimal 30 menitlah. Dan kita akan lihat reaksi pertukaran itu.


Mei 18, 2012

KESERIUSAN DAN MIMPIMU



Seperti biasa….tulisan kali ini terilhami dari orang-orang yang ada di sekitar saya. Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah kalimat yang cukup menohok saya pribadi yang bersumber dari salah seorang senior.
“Kamu kurang serius mengejar mimpimu makanya semuanya terlihat jauh”

Itulah kalimat yang membuat saya selalu mencoba bangkit dari kemalasan saya yang luar biasa hebatnya mendominasi diri saya. Actually, kalimat itu bukan ditujukan kepada saya, tetapi pada teman saya yang mana kebetulan ketika kalimat tersebut di keluarkan saya berada disitu.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk menjudge atau menjatuhkan orang lain yang berstatus sebagai ‘teman saya’ tetapi hanya sebagai segelintir pelajaran hidup dan juga pematik semangat untuk kita semua. Ok, langsung saja.
Saya mempunyai seorang teman, sebut saja namanya Yara. Yara adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas negeri di kotanya. Yara adalah sosok yang cerdas, energik, friendly, dan sangat ramah. Sifat inilah yang membuat Yara mempunyai banyak teman dan aktif di berbagai kegiatan internal kampus maupun eksternal. Yara anak sholeh, dia juga sangat tahu akan posisinya sebagai mahasiswa dan tanggung jawabnya kepada kedua orang tuanya di kampung sehingga ia selalu berusaha sekeras mungkin untuk menyeimbangkan antara kegiatan ekstra kampusnya dengan urusan kuliah. Akan tetapi itulah manusia hanya bisa merencana, yang mana pada intinya sangat sulit seseorang bisa menjaga keseimbangan dan kesuksesan pada kedua hal sekaligus. Hal ini pun terjadi pada Yara. Ia memiliki tekad yang sangat kuat untuk menyeimbangkan keduanya, akan tetapi pada aplikasinya ternyata Yara hanya lebih fokus pada kegiatan ekstrakurikuler sementara urusan kuliahnya terbengkalai.
Tak terasa waktu hampir tujuh tahun di bangku perkuliahan pun terlewati dengan sangat cepat, sementara Yara belum bisa menuntaskan tanggung jawabnya pada orang tuanya di kampung. Setiap harinya ia selalu berkutat dengan tekad untuk mempercepat studinya, semua bagian dari kamarnya selalu ia tulisi dengan kata-kata motivasi dengan tujuan agar ia selalu bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Hari demi hari, dindingnya mulai penuh dengan kata-kata motivasi dan berbagai petuah-petuah. Sekali lagi saya tekankan, ia hanya berkutat dengan ‘tekad’ sementara jika ingin mengaplikasikannya membutuhkan waktu cukup lama. Jika sudah berada di depan komputernya, maka yang dilakukannya bukan langsung mengerjakan tugas akhirnya tetapi mendengar musik, menonton film, atau bahkan internetan FB sampai dini hari yang mana ia anggap itu semua sebagai pemanasan sebelum mengerjakan tugas akan tetapi ketika begitu memulai kerja ternyata tak lebih dari 1 jam ia sudah lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Setiap hari, hal seperti ini selalu terjadi berulang-ulang dan ia mulai menganggap sebagai hal yang wajar.
Hingga pada suatu hari datang seorang senior ke rumahnya dan bertanya perkembangan tugas akhirnya. Seperti layaknya mahasiswa lain yang kurang suka dengan pertanyaan seputar tugas akhir, Yara pun hanya menjawab ‘ dalam proses kak, Insya Allah selesai secepatnya doakan sajan’. Dan tanpa disangka senior tersebut mengeluarkan kalimat tersebut
“Kamu kurang serius mengejar mimpimu makanya semuanya terlihat jauh”
Mungkin senior tersebut juga menyadari bahwa ketidakseriusan Yara selama ini yang menjadi penghambat semua tanggung jawabnya. Yara pun hanya mengiyakan, dan bertekad untuk berusaha lebih keras lagi. Meskipun begitu sampai sekarang semua itu hanya pada tingkat tekad dan slogan-slogan yang memenuhi dinding kamarnya. Yara tetaplah Yara dengan kebiasaanya, ia kurang serius menghadapi tanggung jawabnya yang sebenarnya bahkan mungkin sekarang pandangannya tentang mimpinya semakin mengabur.

Setiap dari kita pasti pernah mengalami hal yang sama dengan yang dihadapi oleh Yara, tapi selama ini kita menganggapnya sebagai sebuah pembenaran karena kita menganggap bahwa tak selamanya hidup harus dilalui dengan keseriusan dan kerja keras tetapi harus ada selingan refreshing. Akan tetapi kadar refreshing yang kita pakai justru benar-benar diluar kuota yang telah ditetapkan. Cobalah keluar sejenak dari posisi santai itu, dan pandanglah dari sisi orang lain yang melihat kebiasaan kita tersebut, maka kita akan mendapatkan pelajaran yang lebih banyak dan juga tekad kita untuk meraih mimpi tak hanya sebatas niat tapi sebuah aplikasi nyata. Keseriusan menunjukkan akan komitmenmu pada semua tanggungjawabmu.
Yara temanku hanyalah satu dari sekian ribu Yara-Yara lainnya yang ada di negeri ini dan pastikan bahwa dirimu bukanlah bagian dari Yara!

Nb: Untuk Yara, ku tunggu akhir dari perjuanganmu sobat^^

Mei 08, 2012

Cerpen

AMPLOP MISTERIUS 

by: Farish Al Fharisy

Kabut pagi masih menyelimuti seluruh kota. Sementara, langit mulai semburat cerah. Pertanda pagi segera menjelang. Jalanan pun masih bisu. Kesan kehidupan belum dimulai.
Tapi hal itu tidak berlaku bagi gadis satu ini. Ana, begitulah teman-teman sering memanggilnya. Gadis bernama lengkap Uswatun Hasanah ini telah terjaga sejak suara azan subuh di kumandangkan tadi pagi, bahkan ia pun masih sempat belajar. Gadis mungil yang memiliki paras Indo-Arab ini adalah siswi SMA Al-Ikhsan yang memang terkenal dengan prestasinya yang cukup membanggakan se-Jakarta Selatan. Oleh karena itu bukanlah hal yang mengherankan jika gadis manis ini selalu menyempatkan waktunya untuk belajar. Apalagi ia adalah salah satu murid teladan dan selalu menyabet gelar bintang kelas tiap tahunnya. Meskipun begitu, terkadang justru dengan kehebatannya ini ia menjadi sombong dan angkuh walapun begitu sebenarnya Ana adalah sosok yang baik hati tapi itulah manusia terkadang ia terlalu merasa di atas angin hingga lupa daratan.
Tak terasa waktu pun dengan cepat berlalu, raja waktu telah mengarah pada angka 6 diikuti dengan dentangan sesuai arah yang dituju. Gadis mungil berjilbab ini pun segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah memeriksa kembali semua perlengakapannya, ia segera berpamitan pada kedua orang tuanya.
Langit cerah, simphony merdu alam telah dilantunkan, matahari pun tersenyum ramah kepada setiap pejalan kaki tak terkecuali kepada Ana. Seperti biasa ia pergi kesekolah dengan berjalan kaki karena memang jarak rumah dengan sekolahnnya pun tak terlalu jauh.
“Subhanallah...indahnya pagi ini” gumamnya sambil terus mengayunkan kakinya menikmati keindahan alam sebagai tanda kebesaran Allah seperti suasana pagi itu melewati kompleks perumahan elite yang berdiri angkuh di kanan kiri jalan. Baru beberapa langkah ia melewati gerbang sekolah, tiba-tiba sebuah suara terdengar
“Tuuuun...Atu...n”
Ia pun enggan untuk berbalik karena memang tanpa berbalik pun ia sudah tahu siapa yang memanggilnya. Tidak lain dan tidak bukan adalah Iput, sahabat baiknya sejak SD dan satu-satunya penghuni SMA Al-Ikhsan yang memanggilnya dengan sebutan ‘ATUN’
“Eh.. loe malu-maluin banget sih. Berapa kali sih gue mesti bilangin ke loe kalo di sekolah jangan manggil gue dengan nama itu?” dengan muka merah padam. Karena memang pada dasarnya hampir semua orang seantero sekolah mengenalnya dengan nama ‘ANA’ bukan ‘ATUN’, memang ‘atun’ juga merupakan nama panggilan Ana sejak SD tapi sejak SMP gadis manis ini enggan di panggil dengan sebutan itu karena sebagian besar teman-temannya justru menjadikan namanya itu sebagai bahan olok-olokan.
“Tun, gimana? loe udah tau belom siapa yang kirimin loe hadiah selama ini?” tanya Upik santai masih tetap menggunakan panggilan ‘Atun’ seakan omelan sahabatnya tadi hanyalah Angin lalu, iklan numpang lewat, bumbu pagi hari.... atawa apa sajalah. Ya begitulah cewek berparas cantik dengan sikap sedikit tomboy yang memiliki nama lengkap Dinda Ayudinata (lebih nggak nyambung kan dengan pangilannya) selalu bersikap dan memegang prinsip : ‘anjing menggonggong, Iput sih jalan aja’
“Eh, loe denger nggak sih apa yang gue bilang?” kata Ana dengan nada tinggi
“Udah deh... to the point aja gimana udah tau belom?” kembali tanpa menghiraukan ucapan sahabatnya justru melemparkan senyuman mautnya
“Belom” jawab Ana singkat masih ‘gondok’ dengan sohibnya yang satu ini
“Mau nggak di bantuin?” tanyanya santai sambil terus mengulum permen karet dan melangkah ringan
“Alaaah loe dari dulu ngomong doang. Kalo mau bantu itu langsung aja bantu nggak usah banyak basa-basi” sambil mempercepat langkahnya meninggalkan Iput dan segera memasuki kelas.
Entah mengapa beberapa hari belakangan ini, Ana selalu saja menerima kado dari seseorang yang selalu menggunakan identitas ‘Mr.X’, kadonya pun bermacam-macam tapi satu hal yang selalu sama adalah di setiap kado yang di berikan selalu saja di selipkan secarik kertas dan yang lebih anehnya lagi di kertas itu yang dituliskan bukan puisi cinata kek, rayuan gombal kek, yaaa... seperti kado pada umunya lah. Eh ini malah berisi nasehat, petuah, untung nggak di kasih rekaman Kultum nya Zainudin MZ. (Cape dech...) tapi satu hal yang patut diacungkan dari si ‘Mr.X’ ini karena setiap petuahnya selalu telak dan tepat sasaran pada Ana
“Ye...gue itu dari dulu udah pengen bantuin loe, hanya aja loe kan belum bilang secara resmi ke gue” masih dengan santai sembari meletakkan tasnya diatas meja
“Penting ya... harus ngomong resmi ama sohib sendiri?” balas Ana semakin ‘gondok’ melihat tingkah Iput yang semakin membuat darahnya yang emang udah panas jadi makin mendidih untung nggak sampe 100◦C
“Assalamualaikum” sapa seorang di balik pintu ruang kelas. Kontan aja semua pada yang ada di kelas koor banget jawabnya kayak paduan suara gitu...
“Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh”
“Permisi kak, apa benar ini kelas XI IA 1?” tanya pemilik suara tadi, yang pastinya berstatus adik kelas. Ya iyalah... kalo bukan adik kelas mana mungkin sopan banget tuh anak manggilnya pake sebutan ‘kak’ segala. Hari gini gitu loh!!!!
“Iya bener, loe nyari siapa?” gertak wahyu yang memang terkenal sebagai preman sekolah khususnya di kelas XI IA 1 dengan muka garang segarang matahari yang mulai menumpahkan panasnya.
“Sa..saya nyari kak Ana” jawabnya dengan terbata-bata,
“Ana siapa?”dengan suara yang agak dikeraskan sehingga membuat wajah sang adik kelas pun menjadi ‘melempem’ bak kerupuk yang direndam. tiba- tiba tanpa di aba-aba semua siswa yang ada di kelas pun kompak tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu setelah diam seribu bahasa. Dengan cepat Ana melangkah keluar menghampiri adik tadi.
“Maaf ya...Gung?! teman-teman kakak disini emang gitu... suka becanda” kata Ana kepada adik kelasnya itu yang ternyata bernama Agung sesama aktivis ROHIS
“Nggak apa-apa kok kak...oh ya kak ini ada kado untuk kakak” jawabnya dengan pipi yang semakin memerah lantaran malu dan segera menyodorkan sebuah kado dengan pita biru yang terbungkus rapi
“Kado dari siapa nih??” tanya Ana cepat sekaligus penasaran
“Saya juga nggak tau kak, tadi sewaktu saya ke musholah kado itu sudah ada dengan nama kakak. Jadi.... langsung saja saya antar ke kelas kakak” jawabnya buru-buru seakan-akan ingin segera pergi.
“Beneran kamu nggak tau ini dari siapa?” dengan nada lemas sebagai pertanda kekecewannya, karena kejadian ini udah kesekian kalinya dan sampai sekarang pun gadis manis ini belum tahu siapa dalang (emangnya main wayang) dibalik semua ini
“Ya sudah, kak. kalo gitu saya balik ke kelas dulu” agung pun segera pergi. sementara ana masih tetap terdiam dan termenung.
“Kado lagi?” tanya Iput, sekaligus membuat Ana nyaris mengeluarkan jurus karate saking kagetnya.
“Ipuuuut, loe nggak bisa ya... kalo nggak buat gue jengkel sehariiiii aja?” kata ana sambil masuk kedalam kelas
“Ye...lagian ngapain loe ngelamun diluar. Mendingan sekarang kita buka tu kado dari pada loe pegang melulu bisa-bisa.... lumutan lagi” sambil mengikuti langkah sohibnya ke dalam kelas.
“Ya udah loe yang buka deh!!!” sambil menyerahkan bungkusan itu ke tangan Iput
“Beneran nih gue yang buka? Nggak nyesel?”sambil menggoda ana
“Apaan sich??? gue itu cuma nyuruh loe buka ni kado, bukan ngambil buat loe. PD banget sih jadi orang” balasnya dengan kesal
“Iya...iya...” jawab Iput kembali gondok liat temennya sambil membuka bungkusan kado misterius itu









“Tun, coklat nih isinya ada kertasnya lagi nih. Gue bacain ya...” 

Seseorang tidak akan berubah menjadi lebih baik, kecuali dia punya keberanian untuk melihat kekurangan dirinya


“Ccckkk... sumpah daleeem banget. Gue setuju banget nih, by the way,bus way, subway, bajay,.... siapa ya? Yang tau banget kalo kelakuan loe itu harus di reparasi ulang” kata Iput sambil cengengesan
Ana hanya diam saja tanpa menghiraukan gurauan Iput, ia masih tidak habis pikir siapa orang yang selalu mengirimkannya kado seperti ini dan tahu betul keadaannya. Bel tanda masuk pun berdering.
Sementara itu dari kejauhan tampak sepasang mata yang sedari tadi selalu mengawasi gerak-gerik dua sahabat itu, sambil melemparkan seulas senyum simpul penuh arti dari bibir kecil merah delimanya.

۩۩۩

Udara siang itu begitu garang membakar, senyum ramah matahari pun telah tergantikan dengan muntahan amarahnya yang begitu dahsyat. Semilir angin pun seakan takut menunjukan kehadirannya di tengah kemurkaan sang surya. Tak terasa udah akhir minggu sejak kejadian kado itu.
“Sumpah...panas benget. Jangan-jangan dongeng Mr. Ozon itu benar lagi” keluh Iput sembari tidur terlentang diatas meja kelas yang memang di sana sudah tidak ada orang lagi kecuali dua sekawan itu yang masih rajin untuk jadi ‘babu’ alias piket
“Makanya kalo dikelas itu jangan ngerumpi melulu. Keadaan ozon udah nipis itu bukan dongeng tau... fakta!”berusaha menyanggah pernyataan Iput
“Terserah dech, loe mau ngomong apa!!! pada intinya hari ini panas banget” jawab gadis tomboy itu, kali ini tanpa bisa melakukan perlawanan yang cukup berarti karena kondisi yang semakin lemah
“Katanya... pengen jadi mujahidah tangguh masa’ baru gini doang udah K.O. inget non! Ini belum seberapa ama panas matahari di padang mahsyar kelak” balas Ana berusaha mengembalikkan semangat sahabatnya itu
“Astaghfirullah...” tiba-tiba beristigfar yang tentu saja membuat sahabatnya itu dengan kaget bangun dari peraduannya sedari tadi
“ Ada apaan Tun??? Ada ular, maling ato genderuwo?” pertanyaan pun bertubi-tubi keluar begitu saja saking kagetnya
“Aku lupa kalo hari ini ada rapat ROHIS untuk ngebahas PROKER” jawab Ana kemudian
“Ya elaaaa... gue pikir apaan? Udah dech mendingan hari ini kita absen aja deh rapatnya, aku lagi malas banget nih!!!” rajuk Iput sambil kembali ke posisi awalnya tadi.
“Nggak bisa kita harus ikut, ayo cepetan!!!” segera meletakkan sapu ijuk yang dari tadi digunakannya dan menarik Iput dari atas meja  menuju musholah; markas besar pengurus ROHIS.
“Aduh...Tun, sumpah gue gerah banget nih. Letih,lemah, lesu...”rengeknya selama di koridor sekolah
“Udah deh, loe nggak usah bawa-bawa iklan ‘sangobion’segala” sambil terus menyeret sohibnya tersebut ke musholah. “lagian di musholah itu loe juga bisa jadi seger lagi kok” promosi Ana kembali
“Seger??? emangnya ada anak ROHIS yang keren? Kok loe nggak pernah bilang-bilang gue sih, Tun?” tiba-tiba rona wajah Iput yang sedari tadi mengkerut kayak nenek-nenek keriput pun berubah.... jadi kayak ibu-ibu hamil (He...he.. yang pentingkan mudaan dikit)
“Udah ikut aja! Nanti juga loe tau” berkata santai agar sohibnya itu dapat tenang
Sesampainya di musholah
“Mana, Tun yang loe bilang bisa buat gue seger?” sambil celingak-celinguk mencari yang di maksud ana dengan ‘seger’
“Yang gue maksud seger itu... loe masuk kedalam terus...loe ngambil air wudhu terus...loe sholat deh...” jawab Ana santai dengan wajah yang dibuat seimut mungkin alias item mutlak
“Iya..iya...” akhirnya dengan malas ia pun melangkahkan kakinya memasuki mushalah untuk segera berwudhu karena sekalipun ia mengelak pasti sohibnya itu akan segera mengeluarkan berbagai macam hadist yang membuatnya dengan segera ‘mati kutu’.
“Assalamualaikum ukhti...” sapa sang ketua ROHIS yang terlihat telah memimpin rapat
“Walaikumsalam, afwan akhi ana telat” jawab gadis mungil berjilbab itu dengan santun, sangat jauh bertolak belakang dengan cara ia berbicara dengan Iput;sohib kentalnya, karena memang begitulah yang diinginkan oleh sahabatnya si Iput itu.   
Tanpa terasa waktu dengan cepat berlalu jarum jam pun telah menunjukan pukul 13.30 begitu pun dengan matahari yang tetap saja garang. Baru saja Ana melangkahkan kakinya keluar dari musholah, dengan setengah berlari sang ketua ROHIS pun segera memanggilnya dan memberikan setumpuk amplop.
“Apa ini???” tanya Ana dengan sedikit bingung melihat beberapa amplop yang disodorkan kepadanya.
“Tun, loe kok jadi bego gini sih... ini namanya amplop” kata Iput sambil menggelengkan kepalanya dan segera mengambil setumpuk amplop itu dari tangan Dwi, sang ketua ROHIS.
Antum dapat ini dari siapa?” tanya Ana cepat, seperti biasanya ia selalu mengeluarkan ekspresi dan reaksi yang sama tiap kali mendapatkan amplop putih.
Afwan ukh’... ana juga nggak tahu. Saya hanya menemukan amplop itu di dalam Lemari Musholah”
“O...gitu ya, kalo gitu syukron ya akhi
“Udah loe nggak usah ngelamun gitu, bisa-bisa loe KO kayak ayam tetangga gue” kata Iput berusaha menghibur FF-nya (friend forever) dalam perjalanan mereka pulang. “Tun mendingan loe buka deh tu amplop!!!”kata Iput lagi.
“Malas gue, Put” jawab Ana dengan lesu
“Udaaah, buka aja lagian isinya juga bukan bom kan? Malah kalo mau di bilang nasehat dari Mr.X itu kan jitu banget sesuai dengan keadaan yang terjadi ama loe alias dapatin ini amplop bukan suatu malapetaka justru sebaliknya mendatangkan banyak manfaat. Oh iya, siapa tau kali ini nasehatnya bisa selesaiin masalah loe ama Indra. Iya nggak???” jelas Iput panjang lebar berusaha menenangkan sahabatnya. Memang beberapa minggu ini hubungan antara Ana dan Indra, salah satu sohib baiknya juga sedang renggang.
“Tumben loe pinter, iya deh gue buka. Siapa tau apa yang loe bilang tadi bener” raut wajah Aa pun berubah menjadi lebih cerah sambl segera membuka amplop

"Allah menciptakan kekurangan bagi seseorang sebagai benteng perlindungan agar dia terhindar dari kemaksiatan yang akan di lakukannya andai dia memiliki kelebihan"

 "Hati-hatilah dengan segala kelebihan yang kita miliki karena seringkali itulah yang menyebabkan kita tergelincir kedalam penyesalan dan kesalahan"

"Rendah hati akan memacu seseorang untuk lebih maju. Sebab dengan itu dia mau mengakui kelemahan diri dan terbuka terhadap semua pemikiran"

  
“Bener kan apa yang gue bilang?”kata Iput dengan bangga
“Iya, put. Jujur aja setelah baca nasehat ini gue jadi nyadar kalo selama ini gue udah salah, gue terlalu sombong dengan kepintaran gue, kehebatan gue dalam organisasi bahkan sampe-sampe gue nggak nyadar kalo gara-gara itu hubungan persahabatan gue ama Indra jadi korban karena keegoisan gue” kata Ana dengan lesu, tanpa terasa bulir hangat itu pun kembali menganak sungai.
“Udahlah, Tun. Loe nggak usah jadi melankolis gitu lagian juga semua bukan kesalahan loe kok, Indra nya aja yang terlalu sensi. Ya udah kita balik sekarang yuk gue udah kering banget nih!!”kata iput sambil menarik tangan Ana untuk segera pulang.
Sepasang mata elang itu pun kembali menatap kedua remaja itu dari kejauhan diikuti senyum kepuasan. Ia pun berpikir bahwa mungkin ia akan seterusnya begini, hanya dapat memandang kedua sahabatnya itu dari kejauhan, hanya bisa mengubah mereka melalui secarik kertas dan hanya bisa bersembunyi di balik identitas seorang ‘Mr.X’

۩۩۩

Petang mulai menyapa, sang surya telah bersiap untuk kembali ke peraduannya di balik rintik hujan sore itu. Ana pun hanya duduk terdiam di balkon rumahnya menatap sang raja hari yang sebentar lagi kan meninggalkannya. Hatinya masih diliputi awan hitam kesedihan dan penyesalan akan sikapnya selama ini terutama kepada Indra sahabt karibnya selama ini. ‘Andaikan saja waktu itu Indra tidak membuatku marah denga kata-kata sindirannya, andaikan waktu itu ia tidak mencampuri urusan pribadiku, dan andaikan ia tidak memberikan perhatian yang terlalu berlebihan padaku. Pasti saat itu emosiku tidak akan meledak’ batin Ana. Tapi siapa yang tidak mengenal Indra, ia memang sangat terkenal dengan kehebatannya dalam menyindir orang lain. Entahlah... apa ia sadar atau tidak tapi setiap kali kata yang ia keluarkan selalu saja sangat menikam dan telak bagi siapa pun yang di tuju, sehingga pastinya telah banyak orang yang tersinggung meskipun begitu kehebatannya itu tidak hanya sebatas permainan majas ironi tapi ia juga sanggup memberikan nasehat atas berbagai masalah.
“Indra...Indra... andaikan loe tau kalo gue nyesel banget udah ngebentak loe waktu itu”
                    

Nb: Terima kasih untuk 'Indra', Sahabat terbaik sepanjang masa.....

Orang Menurut Visi


v Menurut John C. Maxwell kelompok orang apabila dibagi menurut visinya terdiri atas 4 kelompok yaitu :
1.      Orang yang tidak memiliki visi (pengembara)
-          Umumya menceritakan hal-hal yang negative seperti kejelekan orang dan sikap mereka umumnya pahit
2.      Orang yang memiliki visi tapi tidak mengejarnya (pengikut)
-          Suka bercerita tentang kejadian biasa yang ia alami atau apa saja yang ia lihat di jalan.
-          Ia bicara tanpa isi, jarang  kelihatan bersemangat, sering mengluh tentang kegagalan-kegagalannya.
-          Senang menyalahkan orang lain dan suka menceritakan masa lalu
3.      Orang yang sudah memiliki visi tapi tidak mengejarnya (peraih prestasi)
-          Senang menceritakan masa depan, berpikir positif, tampak aktif dan senantiasa bersemangat
4.      Orang yang memiliki visi, mengejarnya, dan membantu orang lain melihatnya

“Apa yang anda peroleh hari ini adalah hasil masa lalu dan Apa yang anda lakukan hari ini adalah untuk masa depan.”


sumber: buku Dialog Peradaban