Desember 20, 2011

KONTRASNYA VISI KOTA MAKASSAR DENGAN KONDISI EKSISTING (DARI PANDANGANKU)


Tulisan ini hanyalah sebuah opini pribadi saya tentang kota perantauan saya, dari pribadi saya sebagai warga Kota Makassar, sebagai mahasiswa tata kota, dan sebagai pencinta angkutan umum (loh apa hubungannya?? Let’s see)
Setelah menjalani hidup hampir tiga tahun di Kota Makassar untuk menuntut ilmu, saya kemudian melihat Kota Makassar dari perspektif yang berbeda dengan anggapan saya dulu. Kota Makassar yang dikenal sebagai icon kawasan Indonesia Timur dengan fasilitas layaknya sebuah kota Metropolitannya ternyata hanyalah sebuah “wacana” belaka.
Sebenarnya kalau saya lihat kembali (dari basic pribadi) akan visi Kota Makassar, saya sebenarnya bingung dengan tujuan pembangunan Kota Makassar saat ini, kemana sebenarnya arah pembangunan ini semua? Walaupun saya hanyalah mahasiswa amatiran yang sedang mendalami juga masalah tata kota tapi menurut saya Misi Kota Makassar dengan Visi Kota Makassar yang ada saat ini sangatlah bertolak belakang.
Mengapa??
Bisa kita lihat dengan jelas dalam bahwa visi Kota Makassar saat ini “Makassar Menuju Kota Dunia Berlandaskan Kearifan Lokal”, jika orang diluar Kota Makassar yang melihat tulisan ini pasti akan mengeluarkan komentar
“Wow…hebat banget Makassar” atau “Akhirnya Indonesia punya kota yang bisa di banggakan” atau “Kira-kira model kotanya gimana ya???”
Decak kagum selalu datang dari orang awam yang tidak mengerti akan masalah rumah tangga suatu kota, justru sebaliknya decak prihatin justru ditunjukkan oleh anggota rumah tangga kota tersebut.
Hal ini pun terjadi pada Bumi Daeng ini, visi “Makassar Menuju Kota Dunia Berlandaskan Kearifan Lokal” sampai saat ini hanyalah sebuah wacana belaka tanpa imbas langsung yang dirasakan masyarakat Kota Makassar.
Mari kita bahas 7 kata pada visi Kota Makassar, Makassar Menuju Kota Dunia…pertanyaan yang muncul kemudian adalah
Bagian mana dari Kota Makassar yang menuju Kota Dunia?
 Pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan Rencana Tata Ruang Kota Makassar 2005-2015 sehingga mengeplot semua kawasan menjadi pusat perekonomian? Pertumbuhan ekonomi yang hanya memihak pada pihak asing yang melakukan investasi, pada golongan atas dan justru membodohi masyarakat pribumi?
Apa benar fasilitas public yang telah memenuhi kebutuhan warga Kota Makassar?
Atau apa Pemda yakin Makassar tidak akan menjadi Jakarta kedua dengan kemacetannya? Lalu bagaimana dengan warga miskinnya, apa Pemda siap untuk memelihara mereka layaknya Kota-Kota Dunia?
Mari kita bahas kata-kata selanjutnya “…Berlandaskan Kearifan Lokal”, nah loh…ini nih yang bikin warga lokal pada umumnya keki abis kalo lihat nih slogan. Bagian mana coba yang berdasarkan kearifan lokal.
Coba lihat deh pembangunan gedung-gedung di Kota Makassar saat ini, rata-rata semua berbasis arsitektur modern atau biasa disebut desain minimalis, lalu nuansa lokalnya dimana???
Situs-situs lokal layaknya Karebosi dan Benteng Somba Opu mengalami pengalihan fungsi, bahkan pagelaran-pagelaran budaya lokal semakin jarang diadakan. Dan hal yang lebih memberikan decak prihatin adalah masyarakat asli Kota Makassar umumnya hidup dibawah garis kemiskinan, satu hal lagi yang bisa membuat tetangga kota lain berdecak prihatin adalah kehidupan masyarakat asli Kota Makassar ini justru bermukim di kawasan yang sangat dekat dengan pusat pertumbuhan ekonomi Kota Makassar (Kelurahan Lette dan Kecamatan Ujung Tanah).
Dalam hal dunia kerja, warga Kota Makassar umumnya jadi bawahan, trus yang jadi atasan para investor luar, nah loh… kok mau aja sih jadi bawahan di rumah sendiri?? (sayangnya itu semua bukan pilihan mereka, tapi nasib mengaharuskan)
Kemudian jika kita melihat kontrasnya fakta di Kota Makassar dengan visinya saat ini (yang katanya sudah berhasil), pertanyaan yang kemudian muncul di benak saya adalah
“Apakah sepenting itu citra Kota Dunia di pandangan orang-orang ‘luar’ sehingga mengabaikan masalah rumah tangga internal?”
“Menutup mata dari fakta demi sebuah applause?”

Wow…, saya yakin beberpa paragraf yang ada di atas pasti mendapatkan berbagai hujatan andai kata dibaca oleh pihak Pemda Kota Makassar, dan kurang lebih seperti ini hujatan yang mungkin keluar “Ala…h sok tahu kamu, tahu apa tentang perkembangan Kota Makassar” atau “Dasar mahasiswa! Sok idealis!!” atau “Jangan Cuma berani berargumen! Terlibat langsung dong!” atau mungkin yang lebih parah “Cari pemilik blog ini agar kita proses lebih lanjut” (he..he…kebanyakan nonton film sih)
Well, mengapa saya bisa memperkirakan semua hujatan itu? It’s cause I was ever get of them. Ok, fine. Saya memang mahasiswa, saat ini saya masih sangat idealis dengan semua hal terutama dengan permainan politik negeri ini, tapi satu hal yang pasti idealisme saya adalah sebuah prinsip yang (insya Allah) tidak akan luntur oleh waktu apalagi uang. Dan kedua adalah saya memang bukanlah salah satu tokoh penting di Kota Makassar yang sangat tahu tentang perkembangan Kota Makassar tetapi saya adalah salah satu dari ribuan masyarakat Kota Makassar yang belum merasakan manisnya visi “Makassar Menuju Kota Dunia Berlandaskan Kearifan Lokal” melainkan hanyalah dampak negative yang terciprat dari hari ke hari. Hal yang terkahir (Cari pemilik blog ini agar kita proses lebih lanjut), sebenarnya itu hanya karena terlalu banyak nonton film, tapi saya yakin kalau pihak terkait tidak akan melakukan hal itu, kalau memang pikiran mereka terbuka untuk menerima kritikan, bukan apa-apalah saya jika dibandingkan dengan kritik dari guru-guru besar kampus saya. Lagi pula ini kan negara demokrasi, bukan zaman orde baru (katanya pak presiden.com)
Jika ada yang bertanya mengapa saya bisa mengetahui semua hal yang saya tulis maka saya akan menjawab semua hal saya ketahui karena saya adalah pecinta angkutan umum dan pencinta survey lapangan. Waktu saya lebih banyak saya habiskan di angkutan umum (pet-pete) untuk sampai pada lokasi survey saya yang umumnya adalah permukiman-permukiman kumuh di Kota Makassar. Satu hal yang unik dari supir angkutan umum di Kota ini adalah suka curhat akan keadaan mereka kepada setiap penumpang, dan saya merasa, it’s ok – u’re my inspiration, I’ll heard you.
So, sekedar advice untuk Pemkot. Kalau bapak-ibu Pemkot memang ingin menjadikan Makassar Kota Dunia, mulailah dengan pondasi yang kuat. Selesaikan dulu semua permasalahan internal yang ada, jangan pura-pura buta ataupun tuli dengan keadaan sekitar. Kalau kata para engineer ‘kekuatan pondasi menentukan ketahanan bangunan’ begitupun dengan kota.
Atau coba deh, bapak-ibu Pemkot lebih sering naik pete-pete’…dijamin bisa saling memahami dengan masyarakat kalangan bawah, sekalian ngirit BBM kendaraan kantor. Iya kan pak-bu???

Foto Udara Kota Makassar

Desember 14, 2011

Sekotak Memory dan Harapan

Kita bertemu pada sebuah ruang berukuran 5 x 5 meter
Kita memulai dengan perdebatan tanpa ujung
Kita melalui dengan persaingan yang tak jelas arah
Kita menjadi rival hanya beralasan ambisi remaja

Kita bertemu lagi pada ruang yang lebih kecil
Kita memulai dengan diskusi yang lebih ramah
Kita bahu-membahu memikul amanah bersama-sama
Kita menjadi saudara atas dasar ukhuwah

Waktu berlalu dengan sangat cepat
Ukhuwah itu tetap terjaga, selama wajah masih bertatap
Suara masih bersahutan
Keluhan masih terus dingiangkan setiap dari kita

Sekali lagi waktu berlalu terlalu cepat
Ketika pondasi kokoh itu belum terbangun sempurna
Ada kegetiran yang terbersit
Di saat perpisahan itu
Berbagai pertanyaan muncul
Berhenti pada ruang kecil dan gelap itu
“Akankah ukhuwah ini akan terus terjalin?”
“Akankah tatapan itu kita temui lagi?”
“Akankah takbir itu, kita dengarkan lagi dari lisannya?”
“Akankah keluhan itu, akan terus mengganggu hari-hariku?”

Sebuah awal pasti menuju pada sebuah akhir
Sebuah kehidupan ditakdirkan menuju pada kematian
Sebuah permusuhan akan bijaksana dengan akhir persahabatan
Dan ukhuwah ini akan sangat indah jika tanpa akhir


 

November 16, 2011

Siapa nama Kepala PELNI di Merauke???

 Tulisan ini saya buat dengan patokan waktu 20 menit, di perpustakan pusat kampus saya ditemani facil full AC (ya iyalah kalo nggak, mana mau saya nongkrong berjam-jam disini). Kenapa 20 menit?? karena saya belum shalat dzuhur, so harus cepat kilat. Ok. to the point aja.
Sambil asik searching di perpus, kebetulan yang lagi saya searching terkait tugas kuliah mengenai perencanaan pelabuhan, saya lalu mengingat sebuah kisah konyol waktu EsEmA. Waktu itu saya dan temen-temen yang lain lagi asyik nyantai jam istirahat pelajaran, lalu ada salah seorang teman saya namanya Niluh (Almh) dia melemparkan pertanyaan begitu saja di depan kelas. pertanyaan gini " Siapa yang tahu nama kepala PELNI di Wamena?" 
Sebagian besar teman saya menggelengkan kepala karena memang tidak tahu, dalam pikiran kami pertanyaannya si Niluh betul-betul pertanyaan serius. Kami pun hanya menjawab tidak tahu, tapi diantara kami ada salah seorang teman yang memang selalu sok tahu dalam segala hal lalu dia dengan keras dan bangga menjawab "Tunggu...tunggu... saya ingat dulu e, saya tahu namanya itu saya punya bapak pu teman". Sang teman itu pun berpikir keras. Beberapa teman lain yang melihat kejadian itu mungkin sempat berdecak kagum untuk sekian menit atas kepintaran pengetahuannya. Tapi seperti yang saya bilang tadi hanya sekian menit karena tak lebih dari lima menit kemudian, sang penanya dengan santai tertawa tebahak-bahak didepan kelas lalu dengan santai dan rada meremehakan berkata "makanya Jangan SOK TAHU!!! sejak kapan coba ada PELNI di Wamena??"
Sontak seisi kelas pun gaduh karena pertanyaan konyol itu yang juga memakan korban. Sang teman yang sok tahu itu pun hanya nyengir kuda, entah menertawakan kebodohannya atau justru bangga dengan sikap sok tahunya. Semoga temanku yang satu itu tidak lagi jadi orang yang sok tahu 
(Special untuk yang merasa menjadi korban pertanyaan konyol ini)


Keluarga Besar Zains 1 '07-'09
SMA NEGERI 1 JAYAPURA

November 07, 2011

GEMPA BUMI (EARTHQUAKE)


 Bumi berguncang dengan hebat, berbagai komponen bumi pun ikut berguncang dari yang hidup sampai yang tak hidup. Sepersekian menit tetapi mampu memberikan dampak psikologis bagi setiap yang merasakan, baik itu dari kekhawatiran tingkat kecil hingga pada tingkat paranoid. Gempa bumi, begitulah orang-orang menyebutnya. Terjadi hanya dalam waktu yang singkat tetapi justru singkatnya waktu itu dapat mengubah semua hal yang berarti menjadi tak berarti.
Lalu seperti apa gempa bumi itu sebenarnya? Kenapa sampai bisa menimbulkan dampak yang sangat dahsyat? Apa saja tanda-tandanya?
Berikut ini adalah sebuah makalah yang saya buat ditahun awal menjadi mahasiswa baru, sebuah tulisan mengenai gempa bumi serta berbagai hal terkait gempa bumi.
1.   Pengertian
Gempa bumi merupakan hasil tenaga yang dilepaskan secara mengejut disebabkan perubahan dalam kerak bumi. Perubahan ini menyebabkan tanah bergegar dan menghasilkan gegaran yang bergerak keluar dari titik tumpu gempa. Titik tumpu merupakan lokasi "punca" di dalam tanah di mana tenaga gempa bumi dibebaskan. Lokasi di atas tanah pada titik tumpu gempa bumi dikenali sebagai 'epicenter'.
Gempa bumi adalah getaran atau gegaran pergerakan permukaan bumi. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan rekahan geologi, kecacatan zona quasi-planar di kerak bumi. Perkataan gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan kawasan punca. Permukaan bumi sentiasa bergerak dalam pergerakan tektonik, dan gempa bumi berlaku disebabkan tekanan melebihi keupayaan bahan  menanggungnya. Keadaan ini sering dijumpai di sempadan plat tektonik di mana kerak bumi atau lithosphere terpisah. Kejadian yang berlaku di sempadan plat dikenali sebagai gempa bumi interplat; gempa bumi dalam plat lithosphere dikenali sebagai gempa bumi intraplat.
2.   Proses Terjadinya Gempa Bumi
Menurut teori, gempa bumi terjadi di zona subduksi. Di zona tumbukan ini lempeng samudra yang bermassa lebih besar bertumbukan dengan lempeng benua. Ada perlambatan gerakan lempeng ketika bergesekan dengan selubung bumi. Perlambatan gerak ini menyebabkan penumpukan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona ini terjadi tekanan, tarikan dan geseran. Lempeng-lempeng ini punya batas elastisitas, ketika batas elastisitas ini terlampaui maka terjadilah patahan batuan. Patahan yang disusul dengan lepasnya energi, secara tiba-tiba, dan Bum!....akibatnya timbul getaran partikel yang bergerak kesegala arah yang disebut gelombang gempa bumi.

Baca Selanjutnya disini!

November 05, 2011

Beginilah Nasib Pasar Terong



Tulisan ini saya buat tepat satu hari sebelum Ujian Tengah Semester saya mengenai Analisis Dampak Lingkungan. Secara kebetulan juga, ini merupakan bahan UTS saya yaitu terkait dengan AMDAL Pasar Terong di Kota Makassar.
Pada awalnya saya sama sekali tidak terkesan dengan laporan yang diteliti oleh teman angkatan saya ini, mengingat permasalahan yang terjadi pada Pasar Terong adalah sesuatu yang lumrah pada seluruh pasar yang ada di kota ini. Tapi akhirnya dengan terpaksa saya harus mempelajari semua materi penelitian ini karena biar bagaimanapun ini adalah bahan UTS saya besok. Lalu saya mengambil inisiatif untuk mempermudah cara saya mempelajari hasil penelitian teman saya ini, kenapa tidak saya rangkum saja ulang point-point penting yang nantinya saya postingan di Blog (tentunya setelah minta izin dari yang punya ^_^ he….he… )
Ok, untuk mempersingkat tulisan ini langsung saja ya…
1.      Gambaran Umum Pasar Terong
Pasar Terong berada di wilayah Kecamatan Bontoala yang dimana merupakan kecamatan bagian dari BWK B Kota Makassar, dimana fungsi utama dari BWK B Kota Makassar menurut Dinas Tata ruang Kota Makassar adalah sebagai fungsi perdagangan dan pelayanan jasa social atau saat ini di sebut dengan fungsi Kawasan Perdaganagn Terpadu.
Pasar terong merupakan salah satu pasar traditional di kota Makassar khususnya berada pada Kec. Bontoala. Pasar Terong ini merupakan pasar yang cukup besar dengan skala pelayanan tingkat kota.
Peta Google Earth Pasar Terong, Makassar

2.      Pasar Terong dari Masa ke Masa
Lahirnya pasar Terong berawal di awal tahun 1960 dimana masyarakat di sekitar Maccini dan Baraya yang menjadi area migrasi semakin padat, dan pasar kalimbu yang berdiri lebih dulu tidak mampu lagi mengakomodir pembeli yang semakin padat. Namun seiring berjalannya waktu, pasar terong menyisakan persoalan kesemrawutan.
Kurang lebih 7 tahun sejak munculnya pertama kali, bangunan pasar mulai terlihat di tahun 1967 hingga 1968. Menurut beberapa pedagang yang hidup saat itu, wujud pasar hanyalah bertiangkan bambu dan beratapkan nipa. Saat itu, kanal Panampu belum selebar dan sekotor sekarang ini. Kanal itu dulunya hanya sebuah got besar yang oleh penduduk setempat disebut ‘solongang lompoa’ yang dipenuhi kangkung dan rumput liar di kedua sisinya.
Pasar terong ini sebelum mengalami revitalisasi tahap satu di Era Pemerintahan Daeng Patompo pada tahun 1972 menyusul tahap kedua di masa Malik B. Masri tahun 1994 adalah pasar rakyat. Menjelang tahun 1994, ide untuk melakukan revitalisasi pasar tahap kedua bergulir. Berawal dari sebuah studi banding yang dilaksanakan oleh walikota Makassar saat itu, Malik B. Masri di Hawaai, USA, terbersitlah keinginan merombak pasar Terong menjadi sebuah pasar modern. Saat itu, terpilihlah PT. Prabu Makassar Sejati sebagai developer dimana Ferry Soelisthio sebagai komisaris yang memenangkan tender untuk revitalisasi pasar “tradisional”. Mulailah persoalan baru muncul menghampiri pedagang pasar Terong.
Sayangnya sang walikota memasang target dan studi banding yang terlalu tinggi dengan keadaan social masyarakat Makassar yang ada, bagaimana bisa Pasar tradisional di Hawai di jadikan kiblat dalam perencanaan pasar tradisional di Kota Makassar?! Perbedaan kultur saja sudah dengan sangat jelas menegaskan antara perbedaan behavior masyarakat Kota Daeng dengan negeri barat. Begitulah tahap kedua revitalisasi yang terjadi, jika dilihat sangat tidak akuntable dengan keadaan real lapangan tapi tetap di paksakan yang justru menimbulkan warisan permasalahan yang tak kunjung ada penyelesaian.
Adapun beberapa masalah yang timbl pada revitalisasi tahap kedua ini yaitu tidak lain dan tidak bukan persoalan klasik juga mencuat, harga kios dan lods terlampau mahal bagi pedagang kecil yang mendominasi berdagang di Pasar Terong. Banyak yang dengan terpaksa membeli kios yang berharga 40 – 80 juta rupiah atau lods bagi pedagang kecil karena tiada pilihan lain, walau banyak pula yang memilih mengisi badan jalan di luar bangunan yang kini berdiri.
Masalah lain timbul seiring kepindahan pedagang ke dalam gedung baru. Tidak sampai 6 bulan, para pedagang ‘basah’ kecewa dengan sulitnya proses angkut barang naik turun setiap harinya. Belum lagi pembeli yang tidak ingin naik hingga ke lantai 2 apalagi 3. Pembeli berkurang berarti pemasukan minim. Pemasukan minim berimplikasi pada cicilan tempat terhambat sementara biaya untuk mencukupi anggota keluarga di rumah juga dituntut setiap harinya. Akhirnya banyak pedagang memilih keluar dan meninggalkan tempat mereka yang sudah dibeli dan sedang berjalan cicilannya. Ramailah kembali badan-badan jalan, lorong, trotoar, dan berbagai sudut pasar yang memungkinkan untuk ditempati. Sementara di lain pihak, Developer melalui perjanjian yang dibuat dengan pedagang pembeli kios/lods menikmati keuntungan akibat macetnya cicilan yang membuat uang muka (DP) dan diskon 12 persen menjadi milik developer tanpa harus kehilangan kios dan lods yang sudah dibeli pedagang. Hingga kini, masalah ini masih menyisakan banyak kekecewaan di hati pedagang yang terlanjur membayar mahal namun kehilangan daya melanjutkan cicilan. Tidak membayar selama 3 bulan berturut-turut berarti kehilangan uang DP dan diskon 12 persen.
Memasuki awal tahun 2000-an keadaan pasar semakin semrawut. Pengusaha atau developer dan pedagang berada dalam kerugian akibat model bangunan yang dipaksakan dalam kondisi yang berbeda kultur. Pedagang pasar Terong tumbuh dalam budaya hamparan yang melebar horisontal dan kini dihadapkan pada area dengan bangunan vertikal meninggi ke atas. Mereka lalu memilih kembali melebar. Karena maraknya pedagang di luar gedung ketimbang di dalam gedung maka secara naluria dan berdasarkan kebiasaan pemerintah masa itu persoalan ini akan diselesaikan melalui pembersihan pedagang di luar gedung yang kemudian dicap “liar”. Maka ditempuhlah beragam cara baik legal maupun di luar kerangka regulasi. Cara legal tentulah melalui jalur resmi pemerintah seperti pengerahan satuan polisi pamong praja atau satpol PP. Lalu cara sebaliknya adalah melalui mobilisasi “preman” untuk melakukan aksi teror dan penyebaran ketakutan atas pedagang di pasar. Bahkan, kedua model ini dapat bekerja secara bersamaan sebagaimana terjadi di tahun 2003, 2005, dan 2007. Dimana preman dan satpol PP turut andil dalam serangkaian pembongkaran dan penggusuran kepada pedagang.
Permasalahan Utama Pasar Terong
3.      Dampak Positif & Negatif Keberadaan Pasar Terong
a.       Dampak Sosial
Dampak aspek sosial adalah perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan. (PP 51/1993 sebagai Rencana Tata Usaha atau Kegiatan). Adapun sampak social yang timbul disebabkan oleh keberadaan Pasar Terong sebagai berikut:
o  Bau di sekitar lokasi pasar terong yang menjadi tercemar oleh bau sampah yang menumpuk
o  kemacetan lalu lintas yang terjadi di depan pasar terong tepatnya di jalan Gunung Bawakaraeng.
o  Behaviour Masyarakat,  yang lebih menyukai untuk berjualan di pinggir kanal yang semestinya di jadikan jalan alternatif dari bagian luar pasar terong dibandingkan menempati stand atau toko yang sudah disediakan di dalam bangunan pasar terong.
o  Atitude Masyarakat, yang suka membuang sampah sembarangan atau langsung ke bagian permukaan saluran kanal maupun drainase.
o  Terpengaruhinya pola hidup masyarakat sekitar dengan kebiasaan buruk seperti membuang dan menumpuk sampah sembarang tempat sehingga dapat menjadi produsen bau yang tidak sedap serta tidak bagus untuk kesehatan.
o  Kondisi di sepanjang pinggiran kanal yang menimbulkan kesan kumuh, dan tidak rapi di dalam area pasar tradisional tersebut.
Gambar Kanal Di Pasar Terong, Makassar
b.      Dampak Ekonomi
o  Kesempatan berjualan masyarakat lebih besar apabila berjualan di pinggir kanal dibanding dalam bangunan.
                                i.      Hal ini lebih dikarenakan oleh faktor daya tarik atau minat penduduk selaku pembeli yang kebanyakan enggan memilih untuk masuk berbelanja ke dalam bangunan. 
                              ii.      Selain itu, hal ini juga lebih dikarenakan oleh kemudahan pembeli menjangkau produsen/penjual apabila berjualan di pinggiran kanal dibanding jika berada dalam bangunan terlebih lagi jika berada di atas lantai 3 atau 4 bangunan.
o  Perdagangan berupa  pelayanan enceran dan grosiran.
o  Penanam Modal  dilakukan perseorangan dengan kata lain tidak memiliki investor dalam perkembangan perdagangan yang ditawarkan.
c.       Dampak Fisik
o   Perumahan. Banyak pedagang yang menjadikan stand tempat mereka berjualan sebagai tempat tinggal mereka. Hal ini dapat dilihat di sepanjang stand pasar yang berada di luar gedung pasar.
o   Fasilitas komersil. Tidak memadai karena tidak adanya investor dari Pasar Terong ini yang mewadahi proses perdagangan di Pasar Terong ini.
o   Jalan. Lebar jalan masuk Pasar Terong ± 2,5 m. kondisi jalan tidak baik karena banyak ditemukan lubang dan sudah mengalami kerusakan sehingga pada musim hujan sering tergenang air
o   Fasilitas masyarakat. Yang ditemukan di lapangan yaitu berupa prasarana jaringan air bersih, jaringan drainase yang kondisinya tidak baik/rusak sehingga air limbah dari tiap-tiap kios terbuang ke jalan masuk, terdapat jaringan listrik dan telekomunikasi, tidak/jarang ditemukannya fasilitas persampahan berupa tempat sampah.
o   Ruang terbuka. Ruang terbuka di sepanjang kios di luar gedung hanya berupa jalan. Ruang terbukadi dalam gedung berupa koridor, jalan, dan lain-lain.
o   Udara. Oleh karena padatnya Pasar Terong, membuat udara disekitarnya terasa panas dan bau yang tidak sedap dapat dirasakan oleh karena bau sampahyang dihasilkan dari kanal.
Gambar Eksisting Kanal di Pasar Terong, Makassar
4.      Kesimpulan & Rekomendasi
Dari uraian yang terlampir diatas ada beberapa hal yang bisa disimpulkan terkait keberadaan Pasar Terong, yaitu:
a.    Keberadaan Pasar Terong sebagai pasar tradisional membutuhkan pengembangan yang sesuai dengan kultur setiap stake holder yang nanti akan menggunakan pasar ini. Sehingga dalam pengembangannya oleh para developer maupun Pemda Makassar haruslah memperhatikan setiap komponen dalam perencanaan dan pengembangannnya.
b.   Lokasi Pasar Terong yang berdekatan dengan Pusat Kota Makassar akan memberikan pencitraan tersendiri bagi Kota Makassar terutama mengenai dampak berbagai aspek yang ditimbulkan sehingga di perlukan manajemen kawasan perdagangan yang kondusif, stabil dan tidak memihak personal maupun kelompok guna menertibkan area lokasi pasar yang dianggap tidak sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
c.    Permasalahan yang timbul di Pasar Terong sebagian besar terjadi disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang baik antara pedagang, dengan Pemerintah Daerah maupun pihak Developer. Sehingga alangkah baiknya jika dalam perencanaannya dimasa yang akan datang terutama jika akan dilakukan revitalisasi kembali, Pemda haruslah bersifat transparan terhadap para pedagang dan menjelaskan semua program dan tujuan revitalisasi agar tidak terjadi kerugian pada salah satu pihak (terutama pada pihak pedagang seperti kejadian sebelumnya).
d.   Terkait behavior warga disekitar Pasar Terong yang kerap berperilaku tidak peduli dengan lingkungan sekitar haruslah diberikan penyuluhan-penyuluhan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. 

Sumber: Rangkuman Makalah "DAMPAK PASAR TERONG TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR KANAL/DRAINASE" oleh Agnes Melinda, dkk (Mahasiswa Teknik Pengembangan Wilayah & Kota-Unhas. Angkatan 2009)

Oktober 16, 2011

M.A.N.D.A.L.A.W.A.N.G.I.



Senja itu,
Ketika matahari turun ke dalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali ke dalam ribaanmu
Dalam sepimu dan dalam dinginmu
Walau setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna,
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan,
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima dalam daku
Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada,
Hutanmu adalah misteri segala
Cintaku dan cintamu adalah kebisuan semesta
Malam itu,
Ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi,
Kau datang kembali berbicara padaku
Tentang kehampaan semua
Hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi tanda tanya tanpa kita mengerti
Tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan diantara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas hutan-hutanmu
Melalui batas-batas jurangmu
Aku cinta padamu, Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup
~*Soe Hok Gie*~
[19 Juli 1966]


Oktober 01, 2011

Pantun Yook....!!!


Kemarin waktu lagi kuliah, iseng-iseng aja ama temen berbalas-balasan pantun….jadi keinget waktu zaman esde dulu, tiap ujian bahasa Indonesia pasti ada pantun yang harus diartikan. Berbagai pantun dari pantun petuah sampai pantun jenaka, harus dipelajari. He…he… tapi asyik juga sih punya kebudayaan yang unik ini, mana ada coba dinegara lain budaya yang unik kayak gini.
Btw, sedikit tambahan nie tentang arti pantun sendiri yaitu salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
So, aku mau berbagi sedikit pantun yang aku inget zaman esde dulu.

Dimana kuang hendak bertelur
Diatas lata dirongga batu

Dimana tuan hendak tidur

Diatas dada dirongga susu

Elok berjalan kota tua
Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat
Sakit kaki ditikam jeruju
Jeruju ada didalam paya

Sakit hati memandang susu

Susu ada dalam kebaya

Naik kebukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh

Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya

Berbisik pekak dengan tuli

Tertawa si buta melihatnya

Pantun merupakan salah satu sarana menasehati orang lain dengan cara yang santai dan menyenangkan, terkadang orang membutuhkan sesuatu yang ringan untuk dicerna oleh pikiran. So, kenapa tidak kita coba lestarikan warisan budaya ini???
Selamat berpantun ria^_^


Pantun apa lagi ya???

Kunjungi juga link di bawah ini kalo mau tau lebih banyak pantun
Gudang Pantun

September 29, 2011

ELEGI MAHASISWA DI RANTAU

Pagi ini seperti biasanya, aku kembali terlambat bangun sementara waktu sudah menunjukkan pukul 08.44 AM pada jam digital di hp ku. Dengan segera aku melompat dari atas tempat tidur dan menyabet handuk serta alat mandiku menuju kamar mandi sebelum ada anggota kost-kostanku yang mendahuluiku. Mandi ala bebek pun segera kulakonkan, begitu pun dengan berganti pakaian semua serba kilat. Bahkan andaikan aku mempunyai 4 tangan maka semuanya akan sangat berfungsi disaat genting seperti ini.
Hpfuuh….akhirnya aku pun siap, tinggal mengunci pintu kamar dan memulai hariku walaupun selalu diawali dengan kepanikan dikala pagi menuju siang. Seperti biasanya, aku akan melalui sebuah jalan setapak kecil dengan permukiman kumuh disamping kanan dikiri jalan kecil ini. Sebenarnya pemilik rumah di daerah ini tidak semiskin para pemulung di Kota Metropolitan hanya saja kebiasaan mereka yang sangat buruk terutama pada sampah disekeliling rumah mereka membuat permukiman ini terlihat sangat kumuh dan menyedihkan.
Setelah melalui jalan setapak kecil dan permukiman kumuh, barulah aku bisa menghirup udara segar yang sangat menyejukkan yang tidak lain dan tidak bukan berasal dari indahnya alam kampusku yang tercinta (kalo lagi mood). Sebagai catatan sebenarnya aku tidak pernah berpikir akan melanjutkan sekolahku di tempat ini, di Kota Metropolitan yang merupakan kandidat penerus Jakarta di Indonesia Timur.
Kalian pasti sudah bisa menebak kota apa itu, orang-orang biasa menyebutnya sebagai Kota Anging Mamiri, tapi kalo saya ditanya kenapa sampai disebut begitu maka satu jawaban yang bisa ku berikan ‘mungkin dicomot dari lagu daerahnya’ maybe… satu hal yang paling penting adalah selama melewati panorama kampusku, hal yang paling suka ku lakukan adalah bersenandung lagunya Edcoustics-sebiru hari ini. Rutinitas sebagai mahasiswa perantauan dengan mimpi-mimpi untuk menjadi orang yang lebih baik dan sukses membuat aku meninggalkan tanah kelahiranku di ujung paling timur Indonesia.
Menjalani studi di kota ini adalah salah satu loncatan pertama aku untuk mencapai mimpiku. Dalam peta hidupku sudah kugambarkan skema mimpiku dengan sangat rapi dan teratur walaupun aku tahu pada kenyataannya, keseharianku saja tidak pernah teratur tapi itulah aku, walaupun fakta dilapangan berkata aku bukan tipe orang yang suka akan keteraturan tapi kenyataannya aku mampu untuk membuat mimpiku menjadi tersistematis mungkin (mungkin karena ku juga seorang planner^_^). Setiap mimpi yang terlintas di kepalaku selalu ku catat walaupun hanya sepersekian detik tapi aku akan segera menuliskannya dibuku mimpiku. Aku selalu merunut semua keseharianku mulai dari Rencana Umum sampai pada Rencana Detail (kalo proyek ala planner pembagiannya githu) meskipun dalam jadwal keseharian aku sering kali tidak konsisten tapi aku selalu mencoba untuk menyelesaikan semua yang sudah tercantum di jadwal yang ada.
Aku juga tidak malu ketika hampir di semua bukuku kutuliskan nama lengkapku disertai semua title gelar yang ingin ku capai mulai dari S.T, M.Eng sampai gelar Doctor. Ya…walaupun sering kali temen-temenku mengulukan senyum aneh tiap kali membacanya tapi tetap aja selalu berakhir dengan kata ‘AMIN, semoga benar-benar terwujud’, dan aku selalu membalas denagn senyuman karena itu berarti bertambah lagi satu orang yang mendoakan agar mimpiku bias terwujud.
Mencapai sebuah mimpi memang bukanlah hal yang mudah, memang terlihat indah ketika kita membaca ataupun menonton “Tetralogi Laskar Pelangi” tetapi kenyataan sangatlah sulit, mesti tetap bertahan pada niat dan tekad yang kuat walaupun kemampuan fisikmu sudah hampir lowbat (emang hp). Tapi jujur saja, salah satu motivasi aku untuk semakin menguatkan niat dan tekadku adalah buku itu (TLP dan negeri lima menara). Teringat sebuah ayat yang berbunyi “inna ma a’malu bi niat”, semua tergantung pada niat. Niat awalku untuk menjadi sukses dan mampu membanggakan orang tuaku karena itulah aku tidak akan berhenti mencapai hal tersebut sampai orang tuaku tersenyum bangga padaku, meskipun aku mesti jatuh bangun di tanah perantauan.
Mungkin dibagian belahan bumi lainnya ada kumpulan mahasiswa yang menikmati hidupnya dengan bersenang-senang dan tidak perlu kerja keras untuk mencapai kesuksesan dan selalu mendapatkan apa yang mereka mau dengan hanya menjentikkan jari saja (seperti sulap). Hidup bergelimang harta orang tua, tak perlu memikirkan akan kesusahan hidup ataupun selalu menadahkan tangan pada induk-induk mereka. Terkadang aku juga ingin berada diposisi mereka yang menikmati masa muda dengan bersenang-senang tetapi kemudian aku tersadar,
Itulah pembeda aku dengan mereka,
Itulah yang membuat aku lebih tangguh dari mereka
Itulah yang membuat aku lebih istimewa dari mereka
Dan itu pula yang membuat aku akan menjadi lebih sukses dan berhasil dari mereka karena
sebuah rumus yang selalu kupegang dan genggam dalam perjuangan ini
Kesuksesan = Niat/Tekad + Kerja keras + Doa
Kesuksesan ≠ Keberuntungan à Kesuksesan = Takdir

  
By: Farish Al Farishy

Danau Unhas

Pemandangan Danau Unhas Di Siang Bolong 

Rektorat Universitas Hasanuddin

Sang Merah Putih di Kampus Merah

September 27, 2011

Ramalan Penduduk Papua

Akhirnya saya menulis lagi....^_^
Kalo dilihat dari judul mungkin pembaca bakalan mikir kalo isi tulisan blog kali ini sejenis ramalan mengenai nasib penduduk papua di masa yang akan datang seperti ramalan para peramal-peramal terkenal, tapi nggak kok tulisan ini berisi prediksi perkembangan jumlah penduduk kota papua yang akan membludak pada tahun 2015 hingga 2025.
Ramalan ini berdasarkan hitungan teoritis yang dilakukan oleh kami, awalnya hanya untuk memenuhi tugas seorang dosen tapi kemudian hitungan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi saya khususnya yang pernah tinggal di Papua. 
Berdasarkan hasil perhitungan perkembangan jumlah penduduk Pulau Papua hingga tahun 2025 yang cukup besar sebagai contoh pada Kota Jayapura akan mencapai jumlah penduduk hingga 289.643 jiwa, angka yang jika ditinjau berdasarkan hirarki kependudukan telah berada pada kategori Kota Sedang sehingga perencanaan tata ruang wilayah kota pada Pulau Papua (Kota Jayapura Khususnya) telah menjadi perhatian serius pemerintah pusat. Jangan lagi ada anggapan bahwa keberadaan kawasan timur akan berkembang dengan sangat lambat hanya dengan alasan aksesiblitas, karena pada kenyataannya perkembangan suatu kota baik itu skala kecil maupun metropolitan akan mengalami perkembangan drastis yang sangat dipengaruhi oleh semua komponen kota terutama penduduknya.
Semoga saja, hal ini ditanggapi serius oleh pemerintah pusat maupun daerah guna memberikan pembangunan tata ruang kota yang sehat dan ramah lingkungan untuk tanah Papua dan masyarakat Papua kedepannya.


Download disini (Data Proyeksi Penduduk Jayapura)